Menjadi Master Franchise sama halnya dengan menjadi Franchisor. Bedanya hanyalah pada kepemilikan Hak Kekayaan Intelektual serta kemampuan dalam bidang R&D yang dimiliki oleh Franchisor. Jadi bila “seorang” Master Franchise ingin mendapat sukses, maka dia harus memiliki kemampuan seperti Franchisor.
Apa saja kemampuan tersebut? Yang paling utama adalah kemampuan untuk merubah paradigma bisnis yang berorientasi kepada Sales menjadi paradigma bisnis yang berorientasi pada Service. Seorang Franchisee (atau pebisnis manapun juga) dalam menjalankan bisnisnya pasti berorientasi kepada Sales. Atau dengan kata lain, semua kesempatan (opportunity) adalah untuk kepentingan bisnis sendiri. Sedangkan Franchisor tidaklah demikian.
Paradigma bisnis yang harus dikuasainya berorientasi kepada Service. Atau dengan kata lain, semua kesempatan (opportunity) adalah untuk kepentingan Franchise (orang lain). Bila seorang Franchisor tidak dapat menjalankan paradigma bisnis yang berorientasi kepada Service ini, sulitlah bagi dia untuk memiliki relationship yang baik dengan para Franchisee-nya. Itu sebabnya dalam franchising, disarankan memiliki struktur organisasi tersendiri yang berdiri sendiri, bukan sekedar divisi saja. Hal ini disebabkan perbedaan paradigma bisnisyang dianut.
Tidak ada komentar