Menguatnya Radikalisme di Kalangan Generasi Muda dan Perempuan

Redaksi
19 Mar 2020 15:01
4 menit membaca

Jakarta, Matasulsel – Radikalisme terorisme yang melibatkan generasi muda dan perempuan di Indonesia sudah menjadi nyata. Lebih jauh dari itu aksi terorisme yang melibatkan satu keluarga utuh orang tua dan anak-anak juga sudah terjadi seperti kasus bom Surabaya (2018).

sebelumnya kasus aksi teror yang melibatkan remaja juga terjadi di Gereja Katolik Medan (28/8/2016), serangan terhadap polisi di Cikokol (20/10/2016), dan aksi dua remaja putri di Mako Brimob (10/5/2018).

selain bom Surabaya dan aksi dua remaja putri di Mako Brimob, aksi teror yang melibatkan perempuan seperti rencana aksi bom panci ke Istana yang berhasil digagalkan (Desember 2016), bom Sibolga (Maret 2019), teror terhadap Menkopolhukam Wiranto (Oktober 2019), bom Medan (November 2019).

data-data tersebut menunjukkan bahwa generasi muda dan perempuan merupakan kelompok rentan yang menjadi target radikalisasi hingga menjadi pelaku teror secara langsung.

keterlibatan generasi muda dan perempuan dalam radikalisme dan terorisme menguat sejak kelompok radikal ISIS eksis di Indonesia.

sebelumnya pada saat dominasi kelompok radikal di Indonesia oleh Al-Jamaah Al-Islamiyyah, anak-anak dan perempuan dilarang untuk berada di garis depan. Namun ISIS justru memanfaatkan generasi muda dan perempuan untuk terlibat dalam aksi terorismenya. Hal tersebut diperkirakan karena generasi muda dan perempuan dianggap lebih tidak dicurigai sehingga akan lebih mudah untuk menjadi pelaku teror.

Fathali Moghaddam dalam teori Staircase to Terrorism menyebutkan bahwa proses seseorang menjadi teroris melalui enam tangga. Pertama, individu mencari solusi tentang apa yang dirasakan sebagai perlakuan yang tidak adil; kedua, individu membangun kesiapan fisik untuk memindahkan solusi atas persoalan tersebut dengan penyerangan yang dianggap sebagai musuh; ketiga, individu mengidentifikasi diri dengan mengadopsi nilai-nilai moral dari kelompoknya.

pada tangga keempat, setelah seseorang memasuki organisasi teroris, dan hanya ada kemungkinan kecil atau bahkan tidak ada kesempatan untuk keluar hidup-hidup.

tangga kelima seseorang menjadi siap dan termotivasi untuk melakukan kegiatan-kegiatan terorisme. Pada tangga terakhir adalah tangga dimana seseorang sudah berada pada puncak keyakinan untuk melakukan aksi teror.

generasi muda dan perempuan menjadi lebih mudah terpapar paham radikal saat ini karena adanya perkembangan teknologi yang membuka akses kepada konten-konten radikal dengan bebas.

pada era sebelumnya radikalisasi dilakukan dengan tatap muka secara selektif, sembunyi-sembunyi, dan memerlukan waktu cukup lama, namun saat ini radikalisasi dapat dilakukan dengan sangat cepat, masif dan terbuka.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tag Populer

Belum ada konten yang bisa ditampilkan.