Oleh : Haerullah Lodji (Host Pabicara)

Kegelapan malam menyelimuti Kabupaten Jeneponto. Jam menunjukkan pukul 19.00 WITA pada 26 November 2024, dan suasana terasa tegang. Kurang dari 13 jam lagi, suara rakyat akan menentukan siapa yang akan memimpin daerah ini.

Di seluruh pelosok, dari 113 desa hingga 11 kecamatan, kertas suara menanti untuk dicoblos, menciptakan harapan sekaligus kecemasan di hati setiap warga.

Malam yang Menentukan

Di sebuah desa kecil, sekelompok warga berkumpul di balai pertemuan. Mereka membahas pilihan calon bupati dan wakil bupati yang akan bertarung di pemilihan.

Empat pasangan calon, masing-masing dengan visi dan misi yang berbeda, bersaing untuk merebut hati warga. Diskusi berlangsung hangat, penuh argumen dan harapan.

Namun, di balik semangat itu, ada rasa khawatir. Apakah suara mereka akan cukup untuk mengubah keadaan?

Sementara itu, di markas pasangan calon, suasana semakin mendesak. Tim sukses bekerja tanpa henti, memastikan semua logistik pemilu siap.

Mereka tahu bahwa setiap detik berharga. “Kita harus menggerakkan semua relawan untuk memastikan pemilih datang ke TPS,” seru salah satu koordinator. Ketegangan di wajahnya mencerminkan betapa besar harapan yang dipikul.

Kesiapan Menjelang Pagi

Malam beranjak larut, dan suara mesin kendaraan lalu lalang terus bersahut sahutan di jalan raya. Petugas KPU berusaha menyelesaikan semua persiapan dengan cepat dan tepat. Dalam hitungan jam, kertas suara yang menjadi bukti hak suara rakyat akan tersebar di seluruh Kabupaten Jeneponto.

Namun, di tengah kesibukan itu, ancaman potensi gangguan muncul. Status di media sosial saling menyidir, provokasi dan intimidasi semakin memicu kekhawatiran.