Disarikan dari Kegiatan Taklim Sakinah yang diselenggarakan LP2KS dan Muslimah Wahdah DPD WI Jeneponto.

Dalam perjalanan panjang yang kita sebut pernikahan, air mata sering menjadi sahabat tak terduga. Mereka hadir dalam berbagai bentuk—air mata kesedihan, kelegaan, bahkan kebahagiaan.

Ust. Syamsuddin Kurru, S.Pd., M.Pd., dalam taklim Sakinah yang penuh makna, mengajak kita untuk merenungkan apa arti air mata dalam konteks keluarga sakinah.

Sakinah, yang berarti ketenangan jiwa, adalah tujuan mulia setiap pasangan.

Ia bukan sekadar keadaan yang bebas dari masalah, melainkan ruang di mana ketenangan dan kebahagiaan bisa tumbuh meski di tengah badai.

Sakinah mengajarkan kita untuk menemukan damai dalam setiap kesulitan dan mewujudkan cinta dalam setiap tangis.

Ketika kita berbicara tentang air mata, kita harus mengingat bahwa itu adalah ungkapan jiwa. Dalam setiap tetesnya, ada cerita—cerita tentang harapan, perjuangan, dan cinta yang tulus.

Air mata dalam rumah tangga bisa menjadi simbol dari dua sisi: kesedihan dan kebahagiaan.

Dalam momen-momen sulit, ketika konflik melanda atau ketika kehilangan menghampiri, air mata bisa menjadi cara untuk melepaskan beban.

Namun, dalam momen-momen indah, seperti saat merayakan kebersamaan atau mendapatkan berita bahagia, air mata juga bisa mengalir sebagai ungkapan syukur.

Keduanya adalah bagian dari dinamika hidup bersama. Saat kita belajar untuk menerima bahwa air mata adalah bagian dari perjalanan, kita akan menemukan makna yang lebih dalam.

Menghadapi masalah bersama dan berbagi air mata, baik dalam kesedihan maupun kebahagiaan, memperkuat ikatan kita sebagai pasangan.

Dalam membangun rumah tangga yang sakinah, penting untuk memahami hak dan kewajiban masing-masing. Suami sebagai pemimpin rumah tangga memiliki tanggung jawab untuk memberikan nafkah dan perlindungan, sementara istri berperan dalam menciptakan suasana yang penuh cinta dan keharmonisan.

Kedua peran ini harus saling melengkapi. Ketika kita mengutamakan komunikasi dan saling menghargai, kita bisa mencegah banyak air mata yang muncul akibat kesalahpahaman.

Cinta yang tulus akan selalu menemukan cara untuk mengatasi perbedaan.

Setiap rumah tangga pasti menghadapi tantangan. Namun, bukankah dalam setiap tantangan terdapat peluang untuk tumbuh dan belajar?

Ust. Syamsuddin mengingatkan kita bahwa tantangan seperti kurangnya persiapan sebelum menikah atau pengaruh lingkungan dapat diatasi dengan sikap saling mendukung dan berkolaborasi.

Air mata yang muncul dalam menghadapi masalah bukanlah tanda kelemahan, melainkan langkah awal untuk mencari solusi.

Ketika kita bisa berbagi perasaan satu sama lain, kita membuka ruang untuk memahami dan menemukan jalan keluar bersama.

Akhirnya, air mata dalam keluarga sakinah adalah bagian dari perjalanan spiritual kita. Mereka mengingatkan kita bahwa hidup tidak selalu berjalan mulus, tetapi cinta dan komitmen akan membuat kita mampu melalui setiap rintangan.

Dengan memahami bahwa air mata adalah ungkapan dari hati, kita belajar untuk saling mendukung dalam suka dan duka.

Keluarga yang sakinah adalah keluarga yang mampu mengubah air mata menjadi pelajaran berharga. Dalam setiap tetesnya, ada kekuatan untuk memperkuat ikatan dan menumbuhkan rasa syukur.

Mari kita jadikan setiap air mata sebagai pengingat bahwa cinta kita, meskipun diuji, tetap akan mengalir dan memberi kehidupan pada ikatan suci ini. (*)