“Tindakan seperti itu terkesan sangat naif. Ada berupaya provokasi kepada masyarakat sejak dini bahwa jika nanti pasangan calon NH-Aziz kalah—jika menggunakan logika Roem—maka dipastikan kemenangan kubu lain diperoleh secara curang dan manipulatif,” paparnya.

Ini merupakan, lanjut dia, propaganda politik yang sangat tidak etis yang dilakukan oleh seorang pejabat publik, walaupun partainya mendukung kubu tertentu. Semestinya, Roem paham etika politik.

“Karena jangan sampai pada akhirnya nanti menunjuk hidung sendiri. Sebab masyarakat lebih cerdas dan paham siapa yang memang maling dan siapa yang tidak. Siapa calon gubernur yang bersih dan siapa yang cacat moral,” terang Dosen Komunikasi Politik UIN Alauddin Makassar.

Selain itu, Ibnu Hadjar ikut mengingatkan oknum penyelenggara agar jangan sampai menjadi bagian dari manuver untuk berebuat curang. Seperti berusaha memanipulasi kertas suara di percetakan, ataukah berusaha bertemu diam-diam dengan kandidat tertentu.

“Jadi jangan kira publik menutup mata semua. Mereka pasti ikut mengawasi gejala-gejala kecurangan. Termasuk oknum penyelenggara yang mau main mata dengan kandidat,” pungkasnya.

Ia ikut menghimbau kepada masyarakat, termasuk Bawaslu dan Panwaslu agar tidak diam menyikapi potensi kecurangan maupun dugaan Politisasi bantuan pemerintah. Seperti bagi-bagi alat pertanian, dan hewan ternak.

“Jangan ada laporan baru bergerak. Tapi harus dari awal mengawasi dan mengantisipasi,” pungkasnya.