Andi Mapetahang Fatwa demikian nama lengkapnya, mangkat pertengahan bulan Desember lalu. Pengalaman hidupnya penuh tragedi, mendekam di penjara selama 20 tahun dimasa rezim orde baru. Setelah reformasi namanya kembali berkibar dikancah nasional, salah satu penghuni senayan yang sangat produktif menulis buku, tercatat sekitar 37 buah buku lahir dari raga ringkihnya hingga diakhir masa hidupnya, bahkan masih ada naskah buku sementara berjalan.

“Percikan pemikiran beliau terbukti menghiasi perjuangan panjang bangsa ini, mulai masa orde lama, orde baru hingga memasuki masa reformasi. Beliau adalah politisi tiga zaman, tak pernah gentar menyuarakan kebenaran dan keadilan hingga akhir hayatnya”, tutur Andi Irwandi setelah kegiatan selesai.

Sama dengan sosok Sang Jenderal, beliau juga telah menjadi milik bangsa. Meski keluarga besar di Mare dan Bone sangat berbangga memilikinya tetapi sosoknya telah mewakafkan diri untuk perjuangan bangsa. Bagi Andi Irwandi sendiri yang juga sebagai salah satu bagian dari keluarga besar AM Fatwa, keteladanan beliau harus menjadi spirit semangat bagi generasi millenial bangsa dan Bone pada khususnya.

“Bapak AM Fatwa adalah penganut agama yang taat, idealismenya tak pernah padam, dan semangat pembaharu selalu berkobar hingga akhir hayatnya”, tutur Andi Irwandi melanjutkan.

Menurut Mustakim, Pendamping teknis kegiatan, memang untuk hari pertama dan kedua reses ini, agendanya spesial merefleksi keteladanan kedua sosok itu.

“Memang dua agenda awal reses Bapak, khusus merefleksi semangat keteladanan dua tokoh tersebut, sekaligus mendengar masukan masa depan daerah dengan spirit yang ditularkannya, selanjutnya reses hari terakhir akan kita lanjutkan di Awampone pada hari Selasa, dengan konsep berbeda”, Kata Takim sapaan akrabnya, yang juga pernah menjabat sebagai ketua umum DPP Kepmi itu, menutup pembicaraan. (*)