Arman Mannahawu : Lirik Kebangsaan
Opini, Matasulsel – Indonesia Raya… karena kita pernah berkeping-keping terjajah hingga kemudian bersatu padu dalam Kemerdekaan
Indonesia Merdeka… itu pertanda tahun ini (2018) kita baru saja bekerja selama 73 tahun, dibanding negara-negara terkenal seperti Amerika telah bekerja 242 tahun, Revolusi Xinhai China pada tahun 1911 di tahun 2018 ini telah berumur 107 tahun, ataukah dengan Rusia dengan masa pembentukan Republik Sosialisnya pada tahun 1917 di tahun 2018 ini telah berumur 101 tahun.
Tapi… nada dari lirik kita tidak boleh terdengar sumbang !!!
Hanya karena Pilpres… mau lebih Islam dan yang lain kafir. Jika demikian, sebaiknya anda memuliakan diri berada di negeri kafir dan jadilah Imam disana.
Hanya karena Pilpres… mau lebih nasionalis dan yang lain Komunis. Jika demikian, anda lebih kejam dari para pembunuh para Jenderal korban G 30 S/PKI karena anda tidak hanya membunuh manusia tetapi membunuh semangat Bangsa ini untuk berbenah menjadi lebih baik.
Hanya karena Pilpres… saling buka-buka’an aib. Jika demikian, tunjukkan manusia yang mampu menjelma menjadi Nabi atau Malaikat yang suci. Kemuliaan persaudaraan sesama (muslim) adalah menutup aib dan menyelesaikannya dengan baik tanpa menebarkan aib.
Hiduplah Indonesia… Karena kita telah berikrar merdeka dan berjanji mengisi kemerdekaan itu dengan sebaik-baiknya. Saling menghidupi lebih baik daripada hidup sepi dalam kesunyian, sementara bangsa ini butuh banyak kaki dan tangan untuk memapah peradabannya.
Saudaraku… Kita tidak mungkin ikhlas terpropaganda dengan wacana Ma’rifat oleh mereka yang belum tammat Syari’at, Tarekat, dan Hakekat.
Saudara’ku…
Saudaraku… Kita adalah kaum yang berpikir dan berakal sehat untuk menilai lepuhnya kulit dan cucuran keringat merawat dan menyuburkan Bangsa adalah nafas Bangsa dibanding hanya menghirup nafas di atas tanah air dan setelahnya sekedar makan dan tidur saja.
Saudaraku… Kita ini adalah tebaran perbedaan yang menghiasi indah bumi ini supaya kita saling butuh bukan bunuh. Seberapa indah perbedaanmu jika yang membuatmu beda telah tiada, seberapa adil Hakim’mu jika hari kemudian akan menakar lebih jeli dan menyeluruh.
Jika enggan menyanyikan lirik lama dan tidak mampu membuat lirik yang baru, mungkin engkau belum sadar dengan kematianmu.
Matahari esok akan bersinar dan engkau ada di tanah lapang, bayangan akan terbentuk menyerupai setiap bentukmu. Nasib Indonesia tergantung dari pikiran dan tindakan kita hari ini, satukan tekad dan ciptakan bayang-bayang masa depan yang lebih baik. Tuhan Memberkahi kita semua ? Aamiin.