Sinjai, Matasulsel – Asisten Perekonomian, Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat Setdakab. Sinjai dr. Hj. Nikmat B.Situru,M.Ap membuka acara Kajian Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Sinjai yang bekerja sama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Unhas Makassar tahun 2017. Acara ini diselenggarakan oleh Balitbanda Kabupaten Sinjai berlangsung di Ruang Pola Kantor Bupati Sinjai, Kamis (7/12/2017). Acara tersebut dihadiri oleh Para Kepala OPD dan Para camat se-Kabupaten Sinjai.

Asisten Perekonomian Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat Sinjai dr. Hj. Nikmah B. Situru dalam arahannya menyampaikan apresiasi atas terlaksananya kegiatan ini dalam rangka penanggulangan kemiskinan di Sinjai.

“Pemerintah daerah serius untuk mengentaskan kemiskinan sehingga dengan adanya kegiatan ini ada bayangan pendekatan apa yang harus kita laksanakan dan berharap FGD tidak sekedar menjadi dokumen saja, akan tetapi hasil kajian ini dapat diaplikasikan sesuai dengan muatan lokal yang ada di Sinjai”, jelasnya.

Sementara itu, Prof. Muh. Darsil menyampaikan dalam pemaparannya bahwa memetakan kemiskinan dan mengidentifikasi faktor penyebab terjadinya kemiskinan, memetakan secara spesial wilayah kemiskinan perkecamatan di Kabupaten Sinjai, dan merumuskan strategi kebijakan dan program pengentasan kemiskinan di Sinjai.

Disisi lain kajian dalam menanggulangi kemiskinan oleh pihak Pemkab Sinjai mendapat apresiasi semua kalangan, apalagi saat ini banyak warga miskin merasa diabaikan karena luput dari program pengentasan kemiskinan. Juga mereka berharap adanya sentuhan langsung dari pihak Pemkab, seperti halnya nenek Baisa (75) tidak dapat menikmati sisa-sisa hidup di masa tuanya dengan bahagia, tetapi justru ia harus hidup prihatin seorang diri di sebuah gubuk reyot miliknya di Kecamatan Tellulimpoe.

Warga dusun Lamberasa, Desa Pattongko ini sudah bertahun-tahun hidup sebatangkara di gubuk bambu reyotnya. Gubuk berukuran 2X3 meter yang terbuat dari anyaman bambu, serta ditopang kayu yang sudah rapuh menjadi pelindungnya sehari-hari dari panasnya sinar matahari maupun terjangan hujan dan angin.

Di gubuk berlantai tanah itu hanya terlihat sehelai tikar dan sebuah bantal usang serta peralatan dapur seadanya, semua nampak sudah tak layak pakai

Ia mengaku masih memiliki anak yang hidupnya juga pas-pasan hanya bekerja serabutan dan tinggal di luar Kabupaten Sinjai, “saya hanya bergantung dari tiga ekor induk ayamku nak jika anaknya sudah besar, itumi lagi kujual kubelikan beras dan lauk pauk untuk memenuhi kebutuhan terkadang juga puasa kalau tidak punya uang, dulu adaji bantuan rastra yang bisa sedikit mengurangi beban hidupku tapi sekarang saya tidak lagi mendapat beras sejahtera itu ucapnya,” Rabu (06/11/2017).

Di penghujung usianya, ia hanya ingin merasakan tidur di kasur empuk dengan dinding rumah yang tidak bocor saat hujan, bebas debu dan tidak sumpek.

Semoga pemerintah daerah bisa secepatnya membantu meringankan beban nenek Baisa, dan para dermawan sudilah kiranya mengulurkan tangan untuk nenek Baisa.

Masih di Desa Pattongko, Kecamatan Tellulimpoe, juga ada Jaenang (65) hidup di gubuk reyot bersama dua orang kakaknya yang tidak punya suami dan satu diantara mereka cacat (Buta) juga hidup dari memelihara ayam. Kendati kondisinya cukup memprihatinkan dan masuk kategori miskin namun keluarga ini juga tidak terdata sebagai penerima rastra. Malahan pernah merasa gembira saat mendengar adanya program pengentasan kemiskinan melalui bantuan Ayam Kampung Sinjai (Akusi), namun kegembiraan ini berangsur redup setelah sekian lama bantuan tersebut bergulir pihaknya lagi-lagi luput dari bantuan tersebut. “Mungkin orang semiskin saya tidak layak dapat bantuan akusi, padahal satu-satunya penghasilan saya dari memelihara ayam itupun jauh dari cukup untuk kebutuhan sehari-hari saya” Ujar Jaenah dengan nada sedih. (*)