Assamaturu Mange Rikacaradekang, Pilar Utama Jeneponto Bahagia
Oleh : Muh. Al Askar
JENEPONTO, MATASULSEL – Hari Jadi Kabupaten Jeneponto bukan sekadar seremonial tahunan. Ia adalah ruang refleksi untuk menakar sejauh mana arah pembangunan berpihak pada rakyat. Tema tahun ini, “Memperkuat Kohesi Sosial, Kolaboratif dan Berkinerja Mewujudkan Jeneponto Bahagia”, mengandung harapan besar agar daerah ini tumbuh dengan semangat persatuan yang nyata. Filosofi “Assamaturu Mange Ri Masunggua” mempertegas bahwa kekuatan daerah terletak pada kesadaran untuk saling menopang dari akar yang paling dalam.
Pendidikan harus menjadi bagian utama dari narasi kebahagiaan itu. Tidak cukup membangun jalan, pasar, dan kantor megah jika anak-anak masih meninggalkan sekolah. Data menunjukkan lebih dari 2.500 anak di Jeneponto tidak lagi terlibat dalam pendidikan formal. Rata-rata lama sekolah masih stagnan di angka 7 tahun. Ini artinya, banyak anak putus di jenjang SMP, dan lebih buruk lagi, sebagian berhenti di SD. Mereka kehilangan hak tumbuh, hak belajar, dan hak untuk bermimpi lebih tinggi.
Pernikahan dini ikut memperparah persoalan. Banyak remaja, terutama perempuan, mengakhiri masa sekolah lebih cepat karena dinikahkan di usia belia. Mereka belum selesai tumbuh, tapi sudah dipaksa memikul beban rumah tangga. Dalam jangka panjang, ini bukan hanya menjadi persoalan sosial, tetapi juga memperlemah daya saing daerah secara struktural. Kita menciptakan lingkaran ketertinggalan yang berulang dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Kohesi sosial tidak mungkin terbentuk di tengah ketimpangan akses pendidikan. Tidak ada kolaborasi yang adil jika sebagian besar warga masih tertinggal secara literasi. Tidak ada kinerja yang bermakna jika sistem pendidikan daerah tidak diperkuat secara serius dan berkelanjutan. Pendidikan bukan tambahan, bukan pelengkap, tapi fondasi. Inilah ruang yang seharusnya jadi fokus kebijakan, jadi pusat investasi, dan jadi ukuran keberhasilan pembangunan Jeneponto.
Assamaturu berarti bergerak bersama. Kacaradekang adalah tempat terbaik memulainya. Di ruang kelas yang hidup, di tangan guru yang terjaga martabatnya, dan di semangat anak-anak yang percaya bahwa masa depan mereka pantas diperjuangkan. (*)