Bone, Matasulsel – Consul General Australia di Makassar Mr. Richard Mathews mengunjungi lokasi pembangunan teknologi tepat guna biogas dari kotoran ternak sapi berbasis masyarakat di Desa Tungke Kecamatan Bengo Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Kamis, 19/04/2018).

Pembangunan teknologi biogas ini dibiayai oleh Australian Aid (AusAid) melalui Consulate General di Makassar dengan nama Direct Aid Programme (DAP). Bantuan ini diberikan melalui Yayasan Andi Zulkifli Ramli (YAZR) selaku lembaga yang bergerak, salah satunya, dalam bidang pemberdayaan masyarakat.

Bantuan AusAid ini ditujukan kepada warga di Desa Tungke dan Desa Selli, Kecamatan Bengo. Ada 3 unit teknologi biogas berbasis ternak sapi yang dibangun. Pemilihan lokasi didasarkan data populasi sapi yang padat di kedua desa tersebut. Kotoran sapi yang berada di jalanan dan di sembarang tempat menjadi masalah tersendiri di masyarakat. Menurut Ketua YAZR Muh. Saleh Jastam, lokasi pembangunan ditetapkan setelah melakukan diskusi dengan berbagai pihak. “Paling tidak warga mesti memiliki minimal 2 ekor sapi yang siap dikandangkan dan bersedia menggunakan biogas sebagai alternatif sumber energi. Hal tentu akan akan mengurangi kotoran sapi di jalanan”, kata Muh. Saleh, yang juga dosen Kesehatan Lingkungan di UIN Alauddin Makassar.

Tim YAZR selaku lembaga yang dipercaya oleh Consulate General Australia di Makassar telah melakukan pekerjaan pembangunan secara baik. Dua unit teknologi biogas di Desa Tungke telah dimanfaatkan oleh warga sementara satu unit di Desa Selli masih dalam proses perampungan pekerjaan. Menurut tim YAZR Muhammad Rachmat bahwa persiapan kegiatan dilakukan dalam beberapa tahapan. “Kita mulai persiapkan sejak bulan November 2017. Selanjutnya tim membuat workshop penyusunan modul teknologi biogas, koordinasi dengan pihak terkait, sosialisasi di lokasi, pelatihan bagi warga hingga pemantauan pengerjaan di lokasi”, kata Muhammad Rachmat yang juga dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

Kunjungan Mr. Mathews bersama nyonya disambut oleh Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Bone dan Camat Bengo. Selain itu, juga hadir perwakilan kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bone, Kepala Puskesmas setempat dan Kepala Desa Tungke. Warga Desa Tungke sangat antusias menyambut kedatangan Mr. Mathews di rumah kepala dusun setempat. Mr. Mathews sangat senang karena bantuan teknologi biogas telah dimanfaatkan oleh warga. “Australia memiliki hubungan yang sangat baik dengan Pemerintah Indonesia. Kami sangat senang bisa membantu warga dan berharap teknologi ini dikembangkan oleh masyarakat”, harap Mr. Mathews.

Camat Bengo berharap ada kelanjutan pengembangan teknologi tepat guna bagi warga yang telah memiliki biogas. Demikian juga harapan Kepala Dinas Peternakan agar warga dapat dibantu mengembangkan pupuk organik cair dan padat dari hasil akhir biogas. Tentunya, hal ini akan terwujud secara efektif jika warga diberikan pengetahuan dan keterampilan untuk mengolahnya dengan sentuhan teknologi tepat guna.

Seperti kita ketahui seekor sapi dewasa menghasilkan kotoran 15-20 kg setiap harinya. Kotoran dari sapi yang tidak dikandangkan mengurangi estetika dan mengganggu warga. Padahal, kotoran sapi itu sangat potensial diolah menjadi biogas sehingga mengurangi pengeluaran rumah tangga akan gas LPG. Bahkan, produk akhir pengolahan limbah organik kotoran ternak yang disebut bio-slurry dapat dijadikan pupuk organik. Bio-slurry mengandung nutrisi yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman dan berguna sebagai pupuk kolam ikan, campuran pakan ikan, belut, bebek, ayam dan budidaya cacing. Dengan demikian, teknologi tepat guna biogas dari ternak sapi dapat mendatangkan pendapatan tambahan bagi keluarga.

Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FKM Unhas, Prof. Sukri Palutturi, PhD, mengatakan bahwa FKM Unhas mendukung kegiatan pengabdian masyarakat baik yang dilakukan oleh mahasiswa maupun dosen, tutupnya. (*)