BAK, Jangan Lakukan Deviasi Membaca dan Menulis!
Oleh : Haerullah Lodji (Pegiat TBM Pajeka)
MAKASSAR, MATASULSEL — Bachtiar Adnan Kusuma, tokoh literasi nasional dan Ketua Forum Penerima Penghargaan Tertinggi Nugra Jasadharma Pustaloka Perpustakaan Nasional, telah menunjukkan dedikasi luar biasa dalam memajukan literasi di Indonesia.
Dengan kehadirannya di berbagai forum, baik nasional maupun daerah, perannya sangat menginspirasi para pegiat literasi, akademisi, guru, orang tua hingga ibu rumah tangga.
Dalam setiap kesempatan yang dihadiri, Bachtiar Adnan Kusuma tidak hanya berbagi pengetahuan, tetapi juga mendorong partisipasi aktif dari semua lapisan masyarakat. “Membaca dan menulis adalah dua sisi dari mata uang yang tidak bisa dipisahkan,” kata Bachtiar, mengutip seorang psikolog terkemuka dari Amerika Serikat, Pennebaker. ”
Keduanya harus sejalan dan sejurus agar kita dapat menciptakan budaya literasi yang kuat.” Kata Deklarator Nasional Asosiasi Penulis Profesional Inonesia Pusat ini.
Pada Ramadhan 1446 H lalu, BAK diundang ke salah satu perguruan tinggi terkemuka di Kabupaten Jeneponto, STAI YAPNAS dan telah menghadirkan dua buku penting: “Aksara di Bumi Turatea oleh Dr. Hartina Fatta, S.Si.,M.M. dan Sepotong Surga dari Timur”.
Sementara itu, Bupati Jeneponto, H.Paris Yasir, S.E.,M.M. menyampaikan dao khusus kepada BAK agar diberi kesehatan dan terus berkarya. H.paris Yasir juga memberi apresiasi tinggi kepada dua judul buku yang dihasilkan para akademisi STAI Yapnas Jeneponto.
Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya Bachtiar Adnan Kusumauntuk menerapkan istilah “dari diksi menjadi aksi,” yang diambil dari istilah sahabatnya, Dr. Adin Bondar, M.Si. Deputi Bidang Sumber Daya Perpustakaan, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
Bachtiar juga mengungkapkan rasa terima kasih kepada pihak yang terlibat dalam penyelesaian buku tersebut, termasuk Haerullah Lodjik dari Kabupaten Jeneponto, A Asis Tuju dan Dr. Herman Lilo yang mendampingi dalam mendesain buku.
Dalam kesempatan lain, Bachtiar diundang oleh Kepala Sekolah dan lahirlah Buku Cahaya dari Bukit Moncongloe dan Sekolah Islam Athirah di Makassar, yang menghasilkan buku 19 Hari Bersama Bachtiar Adnan Kusuma.
Melalui kegiatan ini, BAK menegaskan pentingnya tidak melakukan pemisahan antara membaca dan menulis. “Mendorong membaca tanpa menulis hanya akan memperburuk akses terhadap buku berkualitas di Indonesia,” tegasnya.
Bachtiar menyerukan agar semua pihak, dari pemerintah hingga masyarakat, bersinergi dalam mendorong gerakan membaca dan menulis. “Keduanya harus kita dorong secara seimbang untuk mengatasi darurat literasi di tanah air kita,” pungkasnya.
Dengan semangat dan dedikasi yang tak kenal lelah, Bachtiar Adnan Kusuma terus menjadi inspirasi bagi banyak orang dalam upaya meningkatkan literasi di Indonesia. Salam literasi.