BAK, Puji Perpustakaan Unimerz, Cermin Kemajuan Kampus
MAKASSAR, MATASULSUL – Tokoh literasi Nasional yang juga Ketua Forum Penerima Penghargaan Tertinggi Nugra Jasadharma Pustaloka Perpustakaan Nasional, Bachtiar Adnan Kusuma, menegaskan kalau keberhasilan pembangunan suatu daerah didukung dengan kebiasaan membaca dan menulis.
Selain budaya baca dan menulis suatu daerah maju, akan sebanding lurus dengan out put hasil pembangunan. Misalnya saja, kata Kepala Badan Nasional Literasi Pengurus Pusat IKA BKPRMI ini, negara-negara maju seperti Amerika Serika, Inggris dan India, memiliki budaya baca dan budaya menulis yang tinggi. Amerika Serikat, kata BAK, tercatat sebagai bangsa yang memiliki budaya baca buku tertinggi di dunia berdasarkan survei Ceoworld, pada 2024 meneliti 102 negara dan 6,5 juta responden menetapkan Amerika Serikat sebagai bangsa yang memiliki daya baca tertinggi dengan durasi membaca 357 jam selama setahun mampu membaca 17 judul buku baru. Sementara Inggris, India dan Indonesia berada di posisi kedua, ketiga dan urutan kedua belas untuk Indonesia.
“Peran pustakawan memiliki tugas yang sangat penting terutama menjaga nama baik perpustakaan dan profesinya. Mereka harus memiliki kompetensi, integritas, komitmen dan bisa menjadi cermin dan figur pembaca buku yang baik” kata Bachtiar Adnan Kusuma di Bincang Santai bertema” Pustakawan Inovasi Kolektif Menuju Indonesia Emas 2045” yang digelar Perpustakaan Universitas Mega Rezky Makassar bekerjasama Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Sulsel, dibuka Dekan Fakultas FKIP Universitas Megarezky Makassar, Dr. Abd. Malik Iskandar didampingi Dekan Fakultas Farmasi, Apt. Hj. Yuliana. Kegiatan yang menghadirkan pembicara Bachtiar Adnan Kusuma, Hazan S.HUM., M.IP Syamsir, S.Sos.M.AP. Ismail, S.E.M.M. dan Dr. Muhammad Nadhar, diikuti para pengelola perpustakaan PTN dan PTS serta pegiat literasi.
Menurut BAK, sebaiknya pustakawan tak sekadar menjadi penjaga koleksi, tapi mereka adalah figur transformasi peradaban yang wajib mengembangkan dua hal. Pertama, kata BAK menyediakan dan merawat koleksi bacaan harus sekian ribu atau juta eksemplar di setiap perpustakaan dan kedua membuka koneksi ke berbagai macam sumber dan pusat informasi. Sebab fungsi utama perpustakaan adalah membangun budaya baca sesuai Undang-Undang Perpustakaan Nomor 43 Tahun 2007 yaitu pustakawan menjadi katalisator bagi setiap pemustaka yang membutuhkan informasi di perpustakaan.
“ Kuncinya, pustakawan wajib memiliki daya baca tinggi juga punya kemampuan menulis karena profesinya sebagai pustakawan adalah penjaga garda peradaban bangsa. Sebaiknya, pustakawan jangan hanya terjebak dengan kegiatan-kegiatan administrasi, tapi lupa membaca buku” kata Deklarator Nasional Asosiasi Penulis Profesional Indonesia Pusat ini.