Surabaya, Matasulsel – Mengintip persiapan keberangkatan kapal kemanusiaan dari Aksi Cepat Tanggap (ACT) ke Somalia, amunisi beras mulai dimasukkan ke dalam kontariner dan siap diberangkatkan menuju Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.

Atmosfer dan energi inilah yang kini sedang dijaga oleh ratusan pekerja di gudang-gudang penggilingan beras di Kecamatan Cepu Kabupaten Blora, hingga di Kabupaten Bojonegoro.

Minggu (23/4) lalu menjadi hari pertama proses muat dan angkut 1000 ton beras untuk Afrika dari wilayah Cepu dan Bojonegoro.

Presiden ACT, Ahyudin mengatakan, program ini berkaitan dengan situasi kelaparan yang berhitung dengan waktu, sementara proses edukasi dan penggalangan masih simultan berjalan. ACT menyiapkan skenario percepatan.

“Tanpa menunggu penggalangan itu terhimpun, dengan dana yang ada kami beli gabah dari petani binaan kami, dan sejumlah usaha penggilingan di Cepu dan Bojonegoro. Hasilnya, beras yang baru dipanen, tentu berkualitas bagus. Beras inilah yang akan diberangkatkan insyaAllah pada 29 April dari Surabaya,” papar Ahyudin seperti rilis dari ACT.

Berkejaran dengan waktu, bergegas mengejar tanggal keberangkatan kapal kemanusiaan dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, 40 kontainer atau setara dengan 1.000 ton beras pun dicicil hari demi hari. Sesuai dengan jadwal perjalanan kapal menuju Somalia,kemarin (Sabtu, 29/4) atau kurang dari sepekan ke depan kapal mulai lepas jangkar dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.

Dari Bojonegoro dan Cepu, 12 kontainer dengan kapasitas masing-masing 25 ton sudah terisi penuh. Sekira 12 ribu karung beras termuat penuh, tersusun rapi dan tersegel dalam kontainer.

Harun, penanggungjawab gudang penyimpanan beras untuk Afrika mengatakan, belasan kontainer bakal dikebut menjemput beras setiap hari ke Cepu dan Bojonegoro.

“Waktu keberangkatan kapal sudah mepet, 1.000 ton siap diangkut dengan 40 buah kontainer berkapasitas 25 ton. Ahad ini sudah ada 12 kontainer datang dari Perak Surabaya. dua kontainer menjemput beras ke Cepu di Desa Sidorejo. 10 kontainer berikutnya jemput ke Bojonegoro di Kecamatan Dander dan Kecamatan Balen,” ujar Harun.

Salim selaku pemantau aktivitas bongkar muat barang dari PT Samudera Indonesia menghitung-hitung, dari Kecamatan Balen seluruhnya 5 ribu karung beras sudah termuat di lima kontainer yang melaju ke Tanjung Perak.

“Menjaga kualitas beras, supaya ruang di kontainer tidak terlalu lembap dan pengap, penataan beras ada aturannya. sembilan karung beras ditata memanjang, tujuh karung beras ditata melebar, dan 15 karung beras ditumpuk ke atas,” jelasnya.

Selepas azan Maghrib, lima kontainer dari Kecamatan Balen, lima kontainer dari Kecamatan Dander, dan dua kontainer dari Kecamatan Cepu bergerak beriringan. Meski iring-iringan truk kontainer berjalan lambat karena penuh muatan beras masing-masing 25 ton. Putaran roda-roda truk kontainer yang menggilas jalur aspal antara Cepu – Bojonegoro sampai ke Tanjung Perak sudah seirama dengan putaran rasa kemanusiaan yang tergugah.

“Kapal Kemanusiaan adalah ikhtiar meluaskan partisipasi.  Kalau yang kecil saja rela menyumbang makanan yang mereka santap, tentu yang lebih mampu, bersedia berkontribusi lebih besar mendukung terwujudnya kedaulatan pangan negeri ini. Berawal dari kemampuan melayani krisis kemanusiaan,” terang Ahyudin.

Dari Indonesia yang subur, 1.000 ton beras untuk Afrika bakal menjadi kado istimewa untuk Somalia. Bukti bahwa bangsa ini bisa berbuat sesuatu untuk meredam Afrika yang dirundung kelaparan. (*)

sumber: rmol.co