Palopo, Matasulsel – Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Palopo menggelar kegiatan Bedah Buku dan Talk Show buku ‘Tutur Jiwa’ karya Sulhan Yusuf di Kantor Wali Kota Palopo, Jl. Mannanuang, Kota Palopo, Minggu (5/11/2017).

Dalam kegiatan tersebut, hadir langsung sebagai Narasumber, Penulis buku Tutur Jiwa, Sulhan Yusuf dan mantan Ketua HMI Cabang Palopo priode 2001 lalu, M. Rajab yang juga merupakan Politisi asal daerah Luwu Raya.

Buku Tutur Jiwa sendiri, menurut Sulhan Yusuf merupakan catatan panjang ocehan-ocehan dirinya yang sering kali ia tulis di sosial media atau bisa disebut sebuah epic Draft yang berisi nasehat-nasehat kehidupan.

“Kalau kita membaca buku ini, maka orang seperti membaca sebuah syair yang telah dimodifikasi dengan unsur kisah,” Ujar Sulhan.

Lebih lanjut, kata Sulhan, buku ini dapat menjadi rujukan bagi kebanyakan penulis lepas untuk menuliskan keresahannya dalam berbagai media untuk menemukan dirinya dalam sebuah karya tulis yang bisa dilihat banyak orang.

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, M. Rajab melihat subtansi dalam buku Tutur Jiwa karya Sulhan Yusuf menceritakan tentang petuah dari sang Guru atau bisa disebut nasehat-nasehat dari sang Guru.

Namun dalam kesempatan itu, sebagai seorang Politisi M. Rajab menggaris bawahi hampir seluruh tulisan mengenai hal-hal terkait politik dalam buku Tutur Jiwa.

“Soal politik, buku tutur jiwa menegaskan untuk berkomitmen pada pikiran dan hati nurani, bukan komitmennya sebatas baliho, katena baliho itu bisa terbang ditiup angin” jelas Anggota DPRD Sulsel itu.

Dalam buku, M. Rajab juga menemukan berbagai sentilan-sentilan politik dalam berbagai strategi, dimana salah satu diantaranya terkait konsep demokrasi yang hanya cocok bagi masyarakat yang mandiri, merdeka dalam pilihan, realitas masyarakatmu. masih terlampau jauh tertinggal.

“Ada banyak kegelisahan yang dituangkan Sulhan Yusuf dalam buku Tutur Jiwa milikya,” tegas Rajab.

Rajab menambahkan, ia melihat adanya keistimewaan dalam setiap paragraf Tutur Jiwa terlihat dalam untaian mutiara kearifan Ilahi kekinian, sehingga memungkinkan para pembaca menikmati setiap sajiannya untuk menyelam ke dasar kebijakan sebagaimana karakter sosok Sang Guru dalam buku Tutur Jiwa. (*)