Bone, Matasulsel – Calon Gubernur Sulsel, Nurdin Halid (NH), menegaskan program kredit tanpa bunga dan agunan yang digagasnya dapat direalisasikan. Bukan perkara sulit bagi pasangan Aziz Qahhar Mudzakkar mewujudkan program pro-rakyat tersebut. Jaringan kuat dan luas di tingkat nasional maupun internasional menjadi jaminan.

“Kalau saya jadi gubernur, pengusaha tidak perlu susah mencari modal. Tidak harus ke bank untuk pinjam, itu karena saya siapkan modal kerja tanpa bunga dan tanpa jaminan. Ada yang katakan saya berbohong soal itu, mereka itu yang tidak tahu saya rajanya ekonomi rakyat,” kata NH, dalam kampanye tatap muka dan dialogis di Kabupaten Bone, Jumat, 2 Maret.

Latar belakangnya sebagai tokoh dan praktisi ekonomi kerakyatan, NH menuturkan membuatnya paham soal skema pembiayaan. Pengalaman memimpin 37 anggota koperasi lingkup Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) ditambah statusnya selaku Wakil Presiden Koperasi Asia Pasifik adalah garansi program itu dapat diwujudkan.

NH menuturkan pihaknya akan membangun jaringan dengan pengusaha, baik di tingkat nasional maupun internasional. Belum lagi jaringannya di perbankan luar negeri yang berbasis ekonomi kerakyatan, seperti di Jepang, Malaysia dan Belanda. “Banyak kok jaringan yang bisa membantu memberikan pinjaman modal,” tuturnya.

Lagi pula, NH menuturkan pinjaman tanpa bunga dan tanpa agunan itu hanya ditujukan untuk usaha non-struktural. Pasangan nomor urut satu ingin menjangkau pelaku usaha non-formal yang selama ini kesulitan akses perbankan. Adapun untuk usaha struktural, ada banyak perbankan. Termasuk Bank Sulsel yang ingin dibahnya menjadi bank rakyat.

“Yang struktural, Bank Sulselbar akan saya jadikan bank rakyat. Sekarang ini kan masih sebatas menjadi kasir pemerintah untuk bayar kontraktor yang kerja proyek dan bayar pegawai negeri. Ke depan akan saya ubah menjadi kasir untuk rakyat Sulsel,” ulas NH.

Lebih jauh, NH menyampaikan gagasan program kredit tanpa bunga pun sebenarnya bukanlah hal baru baginya. Konsep serupa pernah diusungnya saat berstatus Ketua AMPI Sulsel pada 1994. Kala itu, pihaknya mengalokasikan Rp500 juta untuk bantuan pengusaha kecil tanpa bunga dan jaminan.

“Lalu tahun 1999 dengan kapasitas sebagai ketua dewan koperasi, saya menjalin kerjasama dengan Rabobank di Belanda. Itu bank terbesar di Belanda milik petani. Saya juga punya jaringan di bank Jepang maupun Malaysia untuk mewujudkan itu (program kredit tanpa bunga dan agunan),” pungkasnya. (*)