Menurut Aziz, langkah lawan politik menggandeng Cakka merupakan logika pragmatisme politik. Diketahui, Aziz terlebih dulu mendeklarasikan diri maju pada Pilgub Sulsel 2018 bersama NH. Sebelum akhirnya Cakka maju, Aziz juga diketahui menolak tawaran kandidat lain dengan hanya NH yang memiliki idealisme yang sama dalam membangun Sulsel.

“Jadi saya kira ini hanyalogika politik pragmatis di Sulsel. Saudara saya ini memang bupati dan orang partai. Karena itu, dia juga memiliki basis politik sendiri yang dihitung oleh saingan kami. Meski saya dan NH jauh lebih dulu mendeklarasikan diri, tapi mereka ada logika politik sendiri. Dan itu semata-mata saya melihatnya politik praktis, tidak ada ada kaitannya dalam konteks rekonsiliasi di keluarga,” ulas Aziz.

Langkah Cakka ikut bertarung pada Pilgub Sulsel 2018 sendiri cukup mengejutkan. Keputusannya melawan saudaranya mengingkari pernyataan yang telah diumbarnya ke publik. Terlebih, keluarga Kahar Muzakkar sejatinya condong memberikan dukungan terhadap Aziz yang memang lebih dulu memutuskan maju pada pesta demokrasi rakyat Sulsel.

Medio Maret 2017, Cakka pernah mengeluarkan statement akan mundur dari pencalonan bila ada Wija To Luwu alias orang Luwu Raya yang bertarung pada Pilgub Sulsel. Menurut dia, akan lebih baik bila Wija To Luwu bersatu. “Ketika Luthfi (A Mutty) dan Aziz (Qahhar Mudzakkar) ngotot untuk maju, saya siap mundur,” ujar Cakka kala itu. (**)