Bisikan Sang Kebersihan, Refleksi Gerakan Jumat Bersih untuk Jeneponto Bahagia
Oleh : Agus Sijaya Dasrum
Aku adalah Kebersihan, bukan sekadar tindakan, melainkan sebuah bisikan lembut yang mengalir dari relung hati terdalam hingga menyentuh setiap sudut kehidupan. Aku hadir bukan sebagai beban, melainkan sebagai penuntun, mengajak setiap jiwa untuk menemukan kilau cahayanya sendiri, sebab kata hati selalu bergema: “Bersih itu bagian daripada iman.”
Pertama, aku menyapa Hati. Ah, betapa rumitnya labirin ini! Terkadang ia dipenuhi debu prasangka, kotoran iri hati, dan lumut dendam yang membeku. Namun, aku tak pernah lelah mengetuk, membisikkan bahwa kejernihan adalah inti kekuatan. Saat Hati mendengarku, ia mulai membuang gumpalan kekesalan, membersihkan cerminnya dari noda-noda kebencian. Lalu, terbitlah senyum damai, memancar dari lubuk yang telah dibasuh tulus. Itulah iman yang terpancar, saat Hati suci menyambut kebaikan.
Kemudian, langkahku berlanjut menuju Diri. Tubuh ini, wadah berharga, seringkali terlupa untuk kurawat. Kulit yang kusam, rambut yang tak terurus, seolah mengabaikan nikmat sehat. Aku, Kebersihan, berbisik tentang air yang menyucikan, tentang sentuhan sabun yang membersihkan, dan tentang pakaian yang rapi sebagai bentuk syukur. Ketika Diri bersolek dengan kebersihan, bukan untuk pamer, melainkan untuk menjaga martabat dan kesucian diri, di situlah iman menunjukkan wujudnya yang mulia. Ia bukan sekadar tampilan, melainkan penghormatan pada ciptaan.
Dari sanalah, mataku beralih ke Rumah. Empat dinding ini, yang seharusnya menjadi pelukan hangat, kadang berubah menjadi sarang kekusutan. Barang-barang berserakan, debu menumpuk, dan sarang laba-laba seolah menjadi penghuni tetap. Aku mendesah, lalu mengajak Tangan untuk bergerak. Mari singkirkan yang tak perlu, sapu lantai dengan cermat, dan tata setiap benda pada tempatnya. Saat Rumah berseri, ia tak hanya nyaman dipandang, tetapi juga memancarkan aura ketenangan. Ia menjadi tempat di mana doa-doa lebih mudah dipanjatkan, di mana ketenangan batin bersemayam, menandakan iman yang kokoh dalam menjaga amanah tempat tinggal.
Terakhir, pandanganku meluas ke Lingkungan. Jalanan yang dipenuhi sampah, udara yang tak sehat – semua ini membuatku menangis. Aku, Kebersihan, tahu bahwa manusia adalah penjaga bumi. Aku berteriak, “Buanglah pada tempatnya! Jaga alam ini!” Ketika Lingkungan kembali bernapas lega, pepohonan hijau tumbuh subur, udara segar menyegarkan, indah nyaman dipandang mata, dan air mengalir jernih, itu bukan hanya hasil kerja keras tangan-tangan peduli, tetapi juga manifestasi nyata dari iman yang hidup. Iman yang tak hanya peduli pada diri sendiri, tetapi juga pada keberlangsungan hidup semesta.
Karenanya, *Gerakan Jumat Bersih* yang digalakkan Pemda Jeneponto saat ini, menjadi cermin betapa diriku sang kebersihan adalah wujud sederhana yang dapat mengubah hal besar dalam hidupmu. Maka, setiap kali engkau membersihkan hatimu dari dengki, membersihkan dirimu dari kotoran, membersihkan rumahmu dari kekusutan, dan membersihkan lingkunganmu dari sampah, ketahuilah: aku, Kebersihan, sedang menuntunmu. Aku sedang membisikkan pelajaran abadi bahwa tindakan membersihkan ini adalah bagian tak terpisahkan dari imanmu. Ia adalah wujud cinta, syukur, dan tanggung jawab yang terpancar, menjadikan hidupmu, rumahmu, dan duniamu lebih bercahaya. (*)