Buka Sekolah Alam, Lopo Milenial: Anak Punya Kesempatan Lebih Luas Untuk Belajar
Kupang, Matasulsel – Komunitas Lopo Milenial membuka Sekolah Alam di Kampung Nelayan, Oesapa, Kota Kupang, NTT. Minggu, 24 November 2019. Kegiatan hari pertama dimulai pukul 16.00 WITA hingga 18.00 WITA.
Koordinator komunitas Lopo Milenial, Robinson Atte yang ditemui media disela-sela kegiatan menjelaskan latar belakang lahir dan dilaksanakannya sekolah alam.
“Sekolah alam hadir melalui diskusi kecil, oleh orang muda lopo milenial, ditemukan sebuah konsep aksi dalam bentuk sekolah alam, yang dilaksanakan di Kampung Nelayan ini. Bagi lopo milenial, belajar bukan hanya dibatasi oleh dinding-dinding ruangan, belajar dapat dilakukan dimana saja. Alam dapat membantu perkembangan pengetahuan. Belajar dialam dapat membantu mengarahkan anak-anak untuk mudah memahami apa yang dipelajari melalui benda-benda konkrit yang ada dialam sekitar misalnya tumbuh-tumbuhan, hewan. Belajar dialam juga membawa mereka menyaksikan langsung setiap fenomena yang terjadi. Dapat juga dikatakan lebih dekat pada konteks. Selain itu, anak-anak diajarkan untuk mencintai lingkungan dan alam semesta, mereka juga diajak untuk menjaga alamnya dengan sebaik-baiknya, karena itu juga merupakan wujud kecintaan kepada sesama dan Sang Pencipta,” jelas Robin.
Robin melanjutkan, “Tujuan dari sekolah alam ini tidak jauh berbeda dengan pendidikan formal lainnya, yaitu membimbing anak-anak untuk meningkatkan prestasi, baik itu dibidang akademik maupun nonakademik. Hal ini juga karena pendidikan formal hari ini, masih terbelenggu dengan peraturan-peraturan yang membuat guru-guru tidak kreatif. Pembelajaran disekolah alam juga didisain lebih kreatif dan tentunya menarik agar meminimalisir berbagai kesulitan disekolah-sekolah formal.”
Kepala Sekolah Alam Lopo Milenial, Arsel A. Pau Riwu kepada wartawan menyampaikan bahwa sekolah alam dilaksanakan di Kampung Nelayan, Oesapa karena kesempatan-kesempatan anak untuk mengeksplorasi lebih jauh diluar sekolah formal lebih sedikit dibandingkan dengan misalnya beberapa anak yang memiliki kemampuan mengakses les atau privat lainnya.
“Sekolah alam digagas agar dapat membuka kesempatan bagi anak-anak yang memiliki kesempatan belajar lebih sedikit, dalam artian mungkin ada sekolah formal tapi kesempatan-kesempatan mereka untuk mengeksplorasi lebih jauh diluar sekolah formal lebih sedikit dibandingkan dengan misalnya beberapa anak yang memiliki kemampuan mengakses les atau privat lainnya. Ini sangat penting untuk memberikan kesempatan yang lebih luas bagi mereka untuk belajar setelah sekolah formal. Namun sekolah privat juga lebih memberikan kesan formal, dalam sekolah alam lopo milenial diberikan kesempatan belajar dengan cara yang lebih unik.”
“Belajar dalam cara yang lebih unik artinya anak-anak memiliki aksesibilitas bersentuhan dengan alam lebih intensive didalam learning experience. Sekolah alam ini didasarkan pada out door based learning. Mungkin kalo di NTT ini sesuatu yang masi baru, tapi sebenarnya nature school atau forest school itu konsep yang telah ada ditempat-tempat lain, karena berdasarkan beberapa penelitian juga menyatakan bahwa kesempatan yang lebih luas untuk anak belajar untuk aksesibilitas terhadap alam, dengan sentuhan terhadap alam yang lebih luas, pengalaman belajar bersama dengan alam yang lebih luas itu ternyata aspek kognitifnya, kemudian social interpersonalnya berkembang jauh lebih baik karena mereka memiliki kesempatan belajar yang lebih luas bersama dengan alam. Jadi dalam proses learning experiencenya jauh lebih unik dan berbeda,” papar Arsel
Lanjut Arsel, “Untuk konsepnya, kita telah melakukan klasterisasi, jadi perdaskan survei dan kajian kepada peserta sekolah alam. Sehingga subjek-subjek apa saja yang bisa kita pertegas atau intensifkan berdasarkan kebutuhan anak-anak. Misalnya mathematic, IPA, bagaimana literasi sederhana menulis dalam Bahasa Indonesia dan lain sebagainya. Sekolah ini memiliki konsep volunteer, kita tidak memungut biaya apapun dan dilaksanakan sekali seminggu, kita juga melakukan open volunteer, siapa yang memiliki motivasi untuk membagikan ilmunya silahkan masuk dan berkontribusi.”
Tambah Arsel bahwa pilihan tempat pelaksanaan sekolah alam tersebut di Kampung Nelayan Oesapa karena para penggagas sekolah alam ini juga adalah penduduk dikota kupang yang masih memiliki beberapa aktifitas yang harus stay di kota kupang sehingga potensi-potensi di Kota Kupang yang bisa kita masuk dan memberikan kontribusi lebih jauh.
“Dilihat disini untuk Kota Kupang banyak tempat yang memiliki atmosfer pendidikan yang lebih baik. Namun ada ternyata didalam society Kota Kupang yang masih memiliki aksesibilitas terhadap pendidikan yang kurang baik salahsatunya Kampung Nelayan, mungkin karena faktor ekonomi dan lain sebagainya, dikatakan seperti ini karena berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan bahwa klo mau dibandikan misalnya kemampuan mereka misalnya. literasi yang sederhana itu masih lebih rendah dari teman-teman mereka dalam satu kota yang sama yang memiliki aksesibilitas pendidikan lebih baik disekolah-sekolah yang lebih baik dan memiliki fasilitas privat kelas formal, kita melihat sekolah alam dibutuhkan dikampung nelayan ini,” pungkas Arsel
Sekolah alam yang rencananya dilaksanakan selama satu tahun tersebut diikuti oleh 18 peserta dalam tingkatan Pendidikan Anak Usia Dini, Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Melibatkan 7 orang relawan pengajar.
Penulis : Hisbullah
Editor : Mustakim