Makassar, Matasulsel – Nurdin Abdullah (NA) boleh saja terus mengumbar pencitraan tentang klaim keberhasilannya di Bantaeng selama menjadi bupati. Tapi sejumlah keluarga dekatnya, loyalis dan eks pendukungnya justru semakin ramai mengalihkan dukungan ke Ichsan Yasin Limpo-Andi Mudzakkar (IYL-Cakka).

Publik semakin bertanya, ada apa dengan Nurdin Abdullah? Jika benar apa yang selalu diucapkan tentang klaim “keberhasilan” Bantaeng , tentu saja sebagian keluarga, loyalis dan pendukungnya tersebut tak meninggalkannya di Pilgub Sulsel.

Mereka pasti bangga jika NA menjadi gubernur kalau memang berhasil memimpin Bantaeng. Tapi faktanya tidak seperti itu di mata sejumlah warga yang bermukim di Bantaeng.

Semakin hari, lintas tokoh, eks pendukungnya, termasuk sejumlah keluarga dekatnya justru sulit dibendung mendukung IYL-Cakka.

Terbaru yang memilih mengalihkan dukungan adalah Tim 119 NA-ASS. Komunitas relawan ini, dulunya total mendukung pasangan nomor urut 3 tersebut. Tapi jelang pencoblosan, mereka justru mendukung IYL-Cakka.

Alasannya, NA lagi-lagi dianggap tidak komitmen. Pernyataannya, lain di mulut, lain di perbuatan. Padahal seorang pemimpin, perkataannya harus dipegang. Tapi untuk NA dinilai mengkhianati komitmen.

“Karena alasan itu, kami mengalihkan dukungan ke IYL-Cakka yang kami anggap selalu memegang komitmen,” tandas Ketua Tim 119, M Amhi di Bantaeng, Kamis 14 Juni 2018.

Pernyataan M Amhi tentang komitmen NA yang sulit dipegang, juga semakin memperkuat fakta-fakta sebelumnya. Termasuk soal perkataannya jika semua jalanan di Bantaeng sudah mulus dan diaspal. Tapi faktanya justru masih ditemukan jalanan rusak. Malah tak pernah diperbaiki.

Dan lagi-lagi yang mengungkap itu adalah warganya sendiri. Begitu juga soal klaim rumah sakit di Bantaeng berstandar international yang ketahuan ternyata baru tipe C.

Hal lain adalah Smelter yang sering dibangga-banggakan. Bahkan dengan percaya dirinya akan melakukan ekspor perdana 5 Mei 2018. Ia sesumbar mengundang rivalnya untuk menyaksikan ekspor tersebut saat tampil di debat kandidat.

Tapi faktanya sampai sekarang tak kunjung terealisasi. Belum lagi tokoh masyarakat setempat yang dijanjikan soal dana pembebasan lahan yang masih banyak belum dilunasi.

Di Bantaeng juga ditemukan adanya dugaan indikasi korupsi disebagian proyek yang menggunakan dana APBN/APBD. Termasuk soal proyek “mangkrak” yang data-datanya dipegang salah satu pemerhati Bantaeng.

Berbagai kegagalan, serta komitmen NA yang sering diragukan, juga menjadi salah satu alasan Tim Akar Rumput (Arum) NA memilih meninggalkannya, dan menyatakan dukungan ke IYL-Cakka.

Keluarga NA, Andi Bachtiar (Karaeng Tiar) menuturkan, sikapnya mendukung IYL-Cakka tak perlu ditawar. Pasalnya, pasangan nomor urut 4 itu dinilai tidak plin-plan dalam bersikap. Taro ada, taro gau.

Senada dipertegas keluarga dekat NA lainnya, Karaeng Joni Latippa. Sepupu satu kali NA itu mengurai, tim akar rumput yang dulunya bergerak untuk NA, kini semakin solid dibarisan IYL-Cakka.

“Jaringan Tim Akar Rumput itu sebagian besar semakin solid ke IYL-Cakka,” sebut Karaeng Joni yang disegani di Kabupaten Bantaeng tersebut.

Sementara Ketua Rumah Kita IYL-Cakka di Bantaeng, Karaeng Saso, merupakan kerabat dekat NA. Ia pernah sama-sama di Jepang. Termasuk juga ikut memperjuangkannya saat NA maju di periode pertama di Bantaeng.

“Alhamdulillah, dukungan dari berbagai lapisan masyarakat di Bantaeng kini semakin banyak ke IYL-Cakka. InsyaAllah, kami tidak akan mempermalukan beliau di Bantaeng,” terangnya.

Bukan itu saja, eks pentolan pemenangan NA di Pilkada Bantaeng, bahkan ada yang rela menjadikan kediaman pribadinya sebagai posko pemenangan IYL-Cakka, yakni rumah kita.