Makassar, Matasulsel – Sisa sehari lagi, penanggalan tahun masehi akan berganti dari 2017 menjadi 2018. Tidak terasa juga periode 5 tahun kenggotaan legislatif menyisakan setahun lagi.

Ada seabrek momentum politik tengah menggelinding. Khusus untuk politisi dari daerah Bone pilkada serentak pertengahan 2018 akan menyandingkan Pemilihan Bupati dan Pemilihan Gubernur.

Tentu saja malam tahun baru ini momentumnya tepat. Konstituen jaman now perlu “Servis Excellent”. Akhir tahun adalah momentum bagi politisi untuk mengkonsolidasikan kekuatannya menghadapi tahun politik 2018.

Tetapi ternyata hal itu tidak berlaku bagi Andi Irwandi Natsir, Berstatus sebagai anggota Legislatif Tk. I. Dirinya tak pelak tengah berada dalam dinamika perpolitikan yang semakin sekuler. Sebagai Politisi muda hal itu lumrah bagi anak zaman.

“Tahun baru tidak elok dirayakan, cukup bersih-bersih kamar dan rapikan buku-buku”, dengan sangat sederhana beliau menanggapi hiruk-pikuk persiapan tahun baru para kawula muda.

Irwandi bukanlah politisi yang dikenal dengan religiutasnya sebagaimana diusung oleh Partai Amanat Nasional yang dekat dengan ormas Muhammadiyah, tetapi pemahamannya tentang prinsip Ideologi sangat mengagumkan.

Dirinya selalu mampu menemukan solusi ditengah rumitnya pola hubungan budaya politik yang hampir bebas nilai itu, sederhana dan tajam pada inti persoalan. Menata buku seakan memberi pesan kepada kita untuk senantiasa belajar dari zaman ke zaman.

Pun dengan bersih-bersih kamar, semangat kesederhanaan terlihat muncul dari pribadi yang hebat. Tersirat ajakan untuk kita instropeksi diri selama satu tahun berjalan.

“Politik ada sesi khususnya, janganlah segala hal yang kita lakukan niat awalnya disana”, tuturnya bijak.

Sebenarnya hegemoni budaya itu bukan hal baru baginya, tempaan dinamika aktivis mahasiswa “98” buatnya matang. Menjadi tetap tawar ditengah air laut asin bukanlah hal mudah, bagi ikan air tawar itu adalah kodrat, tetapi bagi manusia interaksi sosial budaya sangat mungkin merubah perilaku.

“Kita sebenarnya cukup senang, berada diantara para saudara yang sedang bergembira, tetapi masing-masing kita punya cara mengekspresikannya, akhir Tahun kita jangan lupa bermuhasabah, berdo’a semoga tahun depan nasib bangsa lebih baik dari sekarang”, tuturnya menutup pembicaraan. (*)