Kaum santri harus berani menjawab sekaligus mengisi era globalisasi yang pengaruhnya sangat massif. Kaum santri harus tampil di setiap lini dalam menghadirkan perubahan nyata untuk bangsa dan agama. Kaum santri mesti menjadi penggerak menjaga moralitas bangsa.

Terkait itu pula, tekad santri mengisi dan menghadirkan perubahan positif mesti disinergikan, sekaligus mendapat dukungan penuh dari berbagai komponen bangsa. Terutama perhatian serius pemerintah.

Kita berharap, Hari Santri bukan sekadar pemanis semata. Tapi harapan kita, pesantren yang menjadi ‘rumah’ santri, sekaligus tempat pencerahan bangsa untuk berbenah tak boleh dipandang sebelah mata. Tak boleh dianaktirikan.

Pesantren wajib diperhatikan. Harus diberi ruang mencetak generasi yang intelek dan bermoral. Generasi yang memahami sejarah bangsa dan agamanya. Tempat generasi kita ditempa untuk mewakafkan diri mengisi, sekaligus mengawal kemerdekaan. Dan Pesantren harus menjadi laboratorium lahirnya cendikia.

Khusus untuk Kabupaten Wajo, Kota Santri tak boleh pudar. Harus ada kesadaran bersama untuk tetap melekatkan stigma tersebut. Kabupaten yang jauh dari prilaku syirik. Daerah yang tak membiarkan pengaruh negatif menjangkiti generasi muda. Kota yang syiar Islamnya selalu didengungkan. Kabupaten yang selalu menjaga etika dan moralitasnya.

Jika itu semua mampu kita jaga dan tingkatkan, maka yakinlah Wajo akan selalu bangga punya pesantren. Pesantren yang setiap saat memberikan konstribusi untuk kemajuan daerah. Pesantren yang selalu membentengi generasi dan umat dari berbagai pengaruh negatif.

Terakhir, sebagai pribadi dan santri, izinkan saya turut berbahagia menyampaikan selamat Hari Santri Nasional. Kita bangga menjadi santri. Salama’ manengki MA’7 ridecengnge.

Kota Santri Kabupaten Wajo, 22 Oktober 2018
Salam Hormat
M.Arif Saleh, S.Hi