Catatan Jurnalis Tentang Cakka: Berbaur Tanpa Ada Sekat dengan Rakyatnya
Luwu, Matasulsel – Jadwal tentatif. Tak ada prosedur protokoler. Semuanya mengalir sesuai panggilan rakyat. Begitulah kesan yang didapatkan seorang Jurnalis yang lama bertugas di Luwu, Hidayat Ibrahim tentang kepribadian dan sosok Bupati Luwu Andi Mudzakkar.
Berikut tulisan Hidayat tentang pengalamannya mengikuti Cakka menembus wilayah terpencil demi menyapa rakyatnya.
“Bagi yang pernah ikut dengan Andi Mudzakkar (Cakka) pasti merasakan beratnya perjalanan yang harus dilalui. Tak terkecuali bagi insan media seperti saya. Harus bisa mengkondisikan diri. Tidak hanya soal lebih awal menunggu 15 menit sebelum berangkat mengikuti kemana arah kunjungan kerjanya, tapi membiasakan diri merasakan jalan berlumpur dan berlubang berselimut dinginnya alam.
Pengalaman pertama saya ikut dalam kunjungan kerja bersama Bupati Luwu, Andi Mudzakkar adalah ketika awal-awalnya ditugaskan di Belopa sebagai wartawan daerah Harian Fajar Makassar. Kalau tidak salah medio awal tahun 2015 lalu. Maklum, saya sedikit lupa tanggal dan bulannya secara jelas karena mungkin pengaruh usia yang sudah menginjak 35 tahun.
Kala itu, saya mengiyakan ajakan beliau melalukan kunjungan kerja ke Kecamatan Latimojong. Sebuah kecamatan terdalam Bumi Sawerigading. Yang jaraknya dari Belopa, ibukota Kabupaten Luwu hanya sekira 35-40 kilometer. Tak hanya saya, juga ada wartawan Harian Tribun Timur Makassar, Sudirman, Irwan Musa (Harian Berita Kota Makassar), dan Andri Islamuddin (Harian Palopo Pos).
Sabtu pagi sekira pukul 06.30 Wita kami sudah menunggu di rumah jabatan bupati, Bukit Limpujang, Belopa. Jejeran kendaraan doble kabin terlihat siap menaklukkan ganasnya kaki pegunungan Latimojong hari itu.
“Mau semua kah berangkat ini. Jauhka ke atas. Ini pertama kali saya ke Latimojong,” tanyaku kepada salah seorang staf kehumasan.
Namanya, Muhammad Nursaleh. Orang-orang menyapanya dengan panggilan ‘Ale’. “Dekatji, yah sekira satu setengah jamji,” jawab Ale.
Satu, dua hingga empat jam menunggu baru perjalanan bisa dimulai. Jika melihat lamanya waktu menunggu, memang membuat sebagian orang pasti berfikir bahwa cukup melelahkan menunggu selama itu. Tapi, bagi kami menganggapnya sebuah momen langka.
Karena waktu itu kami insan media belum dikejar deadline waktu terbit karena belum ada online. Boleh dikata belum jaman now.
Canda dan tawa menjadi penawar. Kami pun tidak tega mengeluhkan karena ketertundaan itu disebabkan banyaknya warga yang datang menemui beliau. Meskipun jajaran Satpol dan ajudan sudah menginformasikan ke masyarakat yang datang bahwa Pak Bupati berencana ke Latimojong.
“Ayomi. Kita berangkat. Sudah pernah ki ke Latimojong dik,” demikian gaya bahasa Bupati Luwu, Andi Mudzakkar menyapa siapa saja. Yakni, tidak ketinggalan kata ‘dik’.