Dari Gerbang Pelabuhan Pamatata Menelusur Pantai Hingga Gua Alam
Komunitas warga nelayan yang sepenuhnya menggantungkan rezeki dan roda kehidupan keluarga dari hasil melaut.
Sebuah penguatan nilai dan eksistensi, terhadap letak geographys Kabupaten Selayar yang diapit dan dikelilingi oleh kurang lebih seratus dua puluh tiga buah gugusan pulau kosong, dan berpenghuni.
Letak strategis ibukota Desa Pamatata yang berada tepat di jalan poros pelabuhan ferry, turut ditunjang oleh keberadaan lokasi situs peninggalan sejarah menyerupai makam tua, berbentuk badan perahu.
Situs penanda titik lokasi karamnya kapal raksasa tak berawak yang ratusan tahun silam, terdampar di pesisir pantai Pamatata dan oleh masyarakat setempat diyakini sebagai kapal milik Sawerigading.
Lokasi situs yang belakangan banyak dl diziarahi dan dijadikan sebagai tempat mencari wangsit oleh berbagai komponen masyarakat, baik dari dalam, maupun luar Selayar.
Kehadiran peziarah ditandai oleh ceceran daun pandan dan bekas-bekas sesajen di sekitar lokasi.
Tak jauh dari lokasi dimaksud, ditemui sebuah lubang mirip bibir sumur yang juga diperkirakan sebagai tinggalan situs cagar budaya.
Sebaran situs tinggalan cagar budaya yang terdiri atas lokasi eks benteng pertahanan, gua alam, situs makam tua, dan bekas tapak kaki ulama, semua bisa di jumpai di sekitar area Pelabuhan Pamatata. (Andi Fadly Dg. Biritta)