Sidrap, Matasulsel -Tak salah memang jika Kandidat Wakil Gubernur Sulsel Andi Mudzakkar, dikenal sebagai pribadi yang merakyat. Tak suka diperlakukan secara khusus walaupun pantas untuk mendapatkannya.

Keserderhanaan itu bukan hanya ditunjukkan saat berada di Luwu maupun di Palopo kampung halamannya. Tetapi juga terbawa hingga ke tempat dimana Bupati Luwu dua periode itu melakukan sosialisasi.

Seperti yang ditunjukkan saat menjumpai tokoh adat Tolotang, Wa Kulle, di Desa Buae, Kecamatan Watampulu, Kabupaten Sidrap, Minggu (25/3).

Saat didatangi Cakka, Wa Kulle kebetulan berada di kolong rumah bercengkrama dengan tetangganya. Ia masih menggunakan celana pendek. Begitu melihat Cakka menghampirinya, ia nampak beranjak dari tempat duduknya, seolah ingin mempersilakan pasangan Ichsan Yasin Limpo ini naik ke rumah panggungnya.

“Santai maki Wa (sapaan akrab Wa Kulle). Sippada muakki,” kata Cakka dalam bahasa bugis yang kurang lebih maknanya kita sama.

Cakka juga menolak secara halus saat disilahkan untuk naik ke atas rumah panggung itu. “Jangan meki repot- repot. Disini saja,” tambah Cakka.

Sikap yang ditunjukkan pasangan mantan Ketua Golkar Luwu itu tak dibuat- dibuat. Alami dan mengalir dengan sendirinya. Dan seperti itulah kesehariannya yang tak suka pelayanan atau protokoler berbelit-belit.

Cakka sejak dulu dikenal selalu ingin dekat dengan masyarakat. Itu sering dilakukan agar tahu apa yang menjadi kebutuhan warga. Sikap tersebut terus terjaga hingga saat ini.

Di rumah jabatannya di Belopa, Kabupaten Luwu, Cakka melarang Satpol PP menjaganya. Siapa saja boleh berkunjung selama 24 jam.

” Rumah jabatan ibarat indekos bagi saya. Bedanya, saya dibayarkan oleh negara. Karena itu semua bebas masuk. Rujab itu kan milik rakyat,” kata suami dari Andi Tenrikarta diberbagai kesempatan.

Cakka juga menyebut bahwa seorang pejabat itu tak boleh silau dengan jabatannya. Dia juga membatasi anak- anaknya untuk tidak terlalu dekat dengan kekuasaan.

Makanya, putra tertuanya, Andi Ahfad Mudz, yang jebolan Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri ( STPDN) memilih bertugas di Provinsi Bali.

” Saya tanamkan kepadanya untuk mandiri. Biarkan dia berusaha sendiri di tempat lain,” urainya. (*)