Makassar, Matasulsel – Labinov Beken (Laboratorium Inovasi Berbasis Kemitraan) milik Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Makassar dipresentasikan pada Top 99 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2019 Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan – RB) RI, Jumat (5/07) kemarin.

Di hadapan dewan juri, Pj Wali Kota Makassar Dr M Iqbal S Suhaeb memaparkan keunggulan Labirin Beken sebagai penghubung dan wadah bagi SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah), Perusda (Perusahaan Daerah), dan masyarakat sebagai pengguna layanan dalam menerima pendampingan dari berbagai pihak yang bermitra (penta helix) dengan Labinov Beken untuk merancang, melakukan proses riset, inkubasi dan menguji solusi.

“Labinov Beken menggunakan konsep 5D, yakni drum up, diagnose, design, delivery dan display. Novelty (kebaruan) yang terdapat pada Labinov Beken yakni dilengkapi dengan ruangan representatif yang diperuntukkan tidak hanya bagi SKPD dan Perusada, melainkan juga bagi dunia usaha, media, masyarakat dan lembaga kemasyarakatan lainnya dalam mengembangkan kreativitas yang nantinya menjelma menjadi living lab yang dapat bernilai komersil serta menjadi wadah stimulan bagi lahirnya entrepreneur -entrepreneur baru,” papar Iqbal.

Labinov Beken disebut juga berbasis kemitraan karena dalam pelaksanaannya bermitra dengan berbagai pihak, di antaranya United Nations Development Program (UNDP), Yayasan Bakti, Pulse Lab Jakarta, Lembaga Administrasi Negara (LAN), dan Kemenristekdikti serta lembaga perguruan tinggi yang ada di Kota Makassar.

Di sisi lain, dalam melaksanakan operasionalnya, Labinov Beken didukung dengan anggaran yang bersumber dari APBD dan kemitraan lainnya yang diperkuat dengan Peraturan Wali Kota Makassar Nomor 41 Tahun 2019 tentang Laboratorium Inovasi Daerah.

Labinov Beken merupakan program yang bersifat pendampingan, asistensi, dan fasilitasi terhadap penumbuhkembangan semangat dan aksi nyata dalam berinovasi.

Labinov Beken menggunakan pendekatan design thinking, yakni cara berpikir kreatif dan praktis dan berpusat pada manusia dalam memecahkan masalah.

“Esensi dari design thinking adalah menggabungkan empati, kreativitas, dan pikiran rasional dalam pemecahan masalah. Dengan pendekatan ini diharapkan hadir sebuah solusi kreatif dan inovatif yang berbasis kebutuhan manusia (warga) untuk permasalahan yang dihadapi oleh Kota Makassar,” terang Iqbal.

Di samping itu, dengan menggunakan konsep 5D, maka seluruh proses kelahiran inovasi akan bermuara pada diseminasi inovasi, salah satunya berupa pengorbitan inovasi melalui pameran atau dengan mengikutkan kompetisi.