Dalam sambutannya, Kadis Kesehatan menekankan tujuan kegiatan ini, yaitu untuk menentukan tingkat prevalensi kecacingan setelah dilakukannya pemberian obat pencegah massal (POPM) kecacingan kepada anak sekolah dasar.

“Evaluasi ini dilakukan setelah lima tahun berturut-turut melaksanakan POPM kecacingan. Kami mencatat bahwa cakupan POPM kecacingan mengalami peningkatan signifikan dari tahun ke tahun: 82,78% pada 2021, 91,31% pada 2022, 91,95% pada 2023, 92,47% pada 2024, dan terakhir 95,49% pada tahap pertama tahun 2025,” ungkap Hj. Syusanty.

Kegiatan ini dilaksanakan di 20 Puskesmas dan 30 Sekolah Dasar yang menjadi sampel.

Dengan dilaksanakannya survei prevalensi kecacingan, diharapkan angka prevalensi cacingan untuk anak dan balita di Kabupaten Jeneponto dapat dihitung dan dijadikan acuan dalam pelaksanaan program kecacingan dan pengendalian stunting. Kabid P2P Suryaningrat, M.SKM, M.H., menambahkan,
“Penyakit cacingan pada balita erat kaitannya dengan tumbuh kembang anak dan dapat menyebabkan stunting.”

Kegiatan ini bukan hanya sekadar survei, tetapi merupakan langkah nyata dalam memperbaiki kesehatan anak-anak di Kabupaten Jeneponto. Dengan kolaborasi yang kuat antara berbagai pihak, harapan untuk masa depan yang lebih sehat semakin dekat. Mari dukung terus upaya ini demi generasi yang lebih baik. (*)