Disdik Sulsel-PT Mars Kerjasama Riset Kakao
Makassar, Matasulsel – PT. Mars Symbioscince Indonesia (Mars Chocolate Indonesia) akan membangun fasilitas di sekolah-sekolah kejuruan yang ada di Pangkep. Kadis Pendidikan Sulsel Irman Yasin Limpo menandatangani kerja sama dengan PT. MARS, Sabtu (18 November 2017).
Kerja sama dengan perguruan tinggi dan sekolah kejuruan itu untuk menunjang keberlangsungan produksi dan pengembangan riset kakao di Sulsel.
PT Mars Indonesia segera membangun pusat riset pengembangan khusus kakao (coklat) di Attang Salo, Kecamatan Ma’rang Kabupaten Pangkep seluas 95,2 hektare. Direktur Perusahaan Mars Indonesia, Arie Nauvel Iskandar mengatakan, hadirnya pusat riset ini untuk mendukung dan meningkatkan kualitas kakao asal Sulsel.
“Ini akan menjadi pusat pengembangan kakao terbesar di Indonesia,” kata Arie.
Pada penandatanganan ini Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla (JK) juga melakukan Peletakan Batu Pertama Pusat Penelitian dan Pengembangan Kakao PT. Mars Symbioscience Indonesia di Kelurahan Attang Salo, Kecamatan Ma’rang Kabupaten Pangkep.
Pada peletakan batu pertama atau groundbreaking ini, JK didampingi Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman, Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo (SYL), berserta Dewan Direktur PT (Board of Director) Mars, Inc. Frank Mars.
Pusat penilitian ini menempati area seluas 95,2 hektar dengan nilai invetasi Rp50 miliar. Diharapkan menjadi pusat pengembangan yang menghasilkan kakao yang unggul dan tahan lama.
Pusat penelitian ini menjadi tercanggih kedua di Indonesia, yang pertama di Tarengge Sulawesi Selatan yang telah dibangun 2010.
Wakil Presiden JK mengapresiasi kehadiran pusat penelitian kakao tersebut. Menurutnya, sebuah pusat penelitian penting karena dapat meningkatkan produktivitas petani.
JK menyebutkan Indonesia selalu meningkatkan produktivitas produksi coklat, walaupun saat ini jumlahnya masih jauh diharapkan.Produksi kakao Indonesia 290.000 metric ton musim panen 2016/2017.
Dia menambahkan, pengelolaan coklat di Sulsel berbeda dengan daerah lain di Indonesia.
“Di Sulsel kebun dimiliki oleh masyarakat, masyarakat jadi pemilik bukan buruh,” ucapnya.