Febriany Eddy Jelaskan Cara Vale Menerapkan Prinsip-prinsip ESG Dihadapan JK
Dalam forum tersebut, Febriany Eddy menjawab kekhawatiran banyak pimpinan perusahaan bahwa menjalankan prinsip-prinsip ESG itu membutuhkan biaya yang mahal.
Menurut Febry, investasi untuk mewujudkan industri yang ramah lingkungan itu justru hasilnya bisa dinikmati dan bisa menghemat.
“Kami ingin menggunakan kesempatan ini untuk menunjukkan, bahwa investasi terkait sustainability itu tidak mahal. Kami mengeluarkan investasi yang sangat besar untuk mengoperasikan tiga pembangkit tenaga air atau PLTA (untuk mengoperasikan industri smelter). Namun ketika harga minyak tinggi, batu bara tinggi, kita bisa menghemat banyak sekali biaya,” ungkapnya.
Dengan tiga pembangkit bertenaga air yang ramah lingkungan itu pula, PT Vale bisa mengeliminir paling tidak 1 juta ton karbon per tahun. “Kalau bisa diupgrade akan kita lakukan,” ucap Febriany.
Dalam kesempatan tersebut, Febrianny juga mengungkapkan bagaimana pemikirannya terkait upaya memerangi perubahan iklim. Salah satunya adalah memaksimalkan stakeholders yang terkait.
“Saya dulu belajar finansial, kita belajar bagaimana memaksimalkan shareholders value. Sekarang, yang kita harus maksimalkan adalah stakholders value atau pemangku kepentingan. Jadi membangun ekonomi dan menghadapi perubahan iklim ini kita butuh kerja sama stakeholders, bukan cuma shareholders (pemilik saham),” ungkap dia.
Jusuf Kalla: Industri Nikel Awalnya Bersih Akhirnya Harus Bersih
Mantan Wapres RI, Jusuf Kalla punya pemahaman yang sama dengan PT Vale terkait menjalankan industri yang bersih dan memperhatikan lingkungan.
Jusuf Kalla menjawab pertanyaan salah seorang penanya, Faizal Amir, Dosen Fakultas Teknik UNM, terkait perlunya mobil-mobil listrik yang murah untuk masyarakat.
JK menjawab, Kalla sedang membangun smelter di Palopo, dan salah satu prinsip yang ditekankan adalah sumber dayanya harus dari pembangkit listrik tenaga air atau PLTA.
“Mobil listrik yang paling mahal komponennya itu bateraix, itu dari nikel, lithium. Produsen lithium terbesar dunia itu ada di Indonesia. Sehingga, kita harus hilirisasi meningkatkan nilai tambah supaya mobil listrik ini bisa murah,” ungkap dia.
Dia juga menekankan, untuk memproduksi komponen penting mobil listrik itu, harus dengan cara yang bersih pula.
“Karena walaupun mobil listrik, tapi kalau diproduksi dengan menggunakan batubara, tidak juga mengubah keadaan. Jadi industri yang awalnya bersih, ujungnya juga harus bersih,” ungkap Jusuf Kalla.
Karena itu, industri smelter yang dibangun oleh Kalla Group pun harus menggunakan pembangkit tenaga air.
Seperti diketahui, Kalla punya pembangkit PLTA di Poso.
Menyambung pernyataan Jusuf Kalla, Febrianny Eddy pun berharap ada kerja sama antara Vale dengan Kalla Group.
“Seperti yang disampaikan Pak JK, industri awalnya bersih, ujungnya harus bersih. Kita mengoperasikan tiga pembangkit PLTA dan mengeliminasi 1 juta ton karbon per tahun. Kalau mau diupgrade, tapi tidak bisa. Semoga ada kerja sama dengan Pak Lihin (Solihin Kalla),” ungkap Febriany.
Disisi lain, Committee Chair of Makassar Leadership Summit 2023, Disa Noviantika, mengatakan, kegiatan ini mengedepankan bagaimana pentingnya kepemimpinan dalam dunia usaha, khususnya para pengusaha asal Sulsel.
“Kenapa harus kepemimpinan, karena di era hari ini harus diperkuat leadership dan kita dapat ilmu bagaimana kolaborasi, koordinasi kemudian pentahelix hadir di sini, pemerintah, dunia usaha, kampus, media dan alhamdulillah itu semua ada di sini,” tuturnya.**