Ternate, Matasulsel – BMKG mengeluarkan peringatan dini tsunami sejak gempa M 7 mengguncang Ternate, Maluku Utara, pada Minggu (7/7) pukul 22.08 WIB. BMKG akhirnya menyampaikan informasi berakhirnya peringatan tsunami pada Senin (8/7) pukul 00.09 WIB.

“Semalam, kami bersama camat dan kepala desa menyusuri sepanjang pantai. Tak ada kerusakan,” kata Kepala Bidang Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Halmahera Barat Zainal Tomagola kepada wartawan, Senin (8/7).

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Ternate Mansur P Mahli juga melaporkan tak ada kerusakan akibat gempa itu. Memang warga di Halmahera Barat dan Ternate sempat mengungsi ke tempat yang lebih tinggi setelah adanya peringatan tsunami, namun mereka telah kembali. Situasi di Bitung, Sulawesi Utara juga kondusif.

“Tidak ada tsunami,” kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Rahmat Triyono kepada wartawan, Senin (8/7).

BMKG menyatakan kedalaman pusat gempa berada pada kedalaman 49 km. Kabid Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono menjelaskan, gempa dikategorikan dangkal bila pusatnya berada pada kedalaman 1-60 km. Gempa menengah berada pada kedalaman 60-300 km. Gempa dikategorikan dalam bila pusatnya berada pada kedalaman 300-600 km.

“Gempa di Ternate kemarin termasuk ‘dalam’ untuk kelas gempa dangkal,” kata Daryono ketika dihubungi secara terpisah.

Inilah sebab kenapa gempa berkekuatan 7 malam tadi tidak menimbulkan tsunami. Pusat gempa tersebut terlalu dalam untuk mengakibatkan tsunami.

“Kalau relatif dalam, maka tidak bisa merobek dasar laut. Namun, bila kedalamannya 10 km, itu bisa menyebabkan deformasi yang memicu (bergeraknya) kolom air,” kata Daryono.

Deformasi adalah perubahan bentuk atau wujud dari lempeng bumi. Deformasi lempeng bumi di dasar lautan dapat memicu bergeraknya kolom air dan menjadi tsunami, namun dengan catatan kedalaman pusat gempa cukup dangkal. Kekuatan gempa juga berpengaruh. (dt)