Gubernur NA Jelaskan Bendungan Eksisting di Sulsel
Makassar, Matasulsel – Gubernur Sulawesi Selatan, Prof HM Nurdin Abdullah menjelaskan sekelumit mengenai bendungan yang ada di Sulsel baik eksisting, sementara pembangunan (on going) dan usulan ke depan.
Untuk Bendungan Eksisting adalah Bendungan Bili-Bili di Kabupaten Gowa, Kalola di Kabupaten Wajo, Ponre-Ponre dan Salomekko di Kabupaten Bone. Bendungan selain pengaturan untuk irigasi juga untuk pengelolaan air.
Nurdin juga menyampaikan apresiasi pada pemerintah pusat atas pembangunan empat bendungan berlangsung yang termasuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) yaitu, Karalloe di Kabupaten Jeneponto, Paselloreng di Kabupaten Wajo, Pamukkulu di Kabupaten Takalar dan Jenelata di Kabupaten Gowa.
“Saya kira dengan hadirnya waduk yang dibangun ini empat lagi di SulSel ini akan membuktikan bahwa Sulsel menjamin bisa menjadi terus penyangga pangan nasional,” kata Nurdin Abdullah.
Hal itu disampaikan, Gubernur Sulawesi Selatan, Prof HM Nurdin Abdullah saat membuka kegiatan Seminar Nasional Bendungan Besar 2019 di Hotel Claro, Makassar, Kamis (3/10).
Kegiatan ini mengangkat topik “Tantangan Penyelesaian Pembangunan dan Pengelolaan 65 Bendungan serta Keberlanjutan Program di Masa Datang.” Berbagai kegiatan dilaksanakan hingga 3-5 Oktober 2019.
Untuk bendungan yang on-going dengan kerjasama sinergis antara Pemda dan Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang, status saat ini untuk Bendungan Paselloreng tahun 2019 siap untuk diresmikan. Bendungan Karalloe dijadwalkan pertengahan 2020 untuk dapat diresmikan dan bendungan Pamukkulu yang beberapa waktu lalu sempat tersendat pembangunannya akibat masalah tanah saat ini sudah dapat direalisasi dan dibayarkan kepada masyarakat serta Bendungan Jenelata di harapkan dapat dikontrak pada akhir tahun 2019 dimana proses pembebesan lahannya sementara berlangsung.
Sulawesi Selatan dikenal sebagai daerah penyokong suplai pangan nasional. Agar produktivitas lahan di Sulawesi Selatan dapat semakin baik lagi, juga diusulkan untuk diprogramkan pembangunan Bendungan Rongkong di Kabupaten Luwu Utara sebagai pengendalian banjir, yang mengancam setiap terutama jalan Trans Sulawesi sebagai urat nadi perekonomian jalur darat ke Sulawesi bagian utara.
“Rokong ini airnya cukup besar dan setiap tahun menjadi masalah. Nah ini makanya bupatinya (Indah Putri Indriani) hadir pada seminar nasional ini dengan harapan, ada komitmen untuk selanjutnya Rongkong. Karena rongkong ini sumber air besar, tetapi memang butuh bendungan,” ujarnya.
Selain itu, juga diusulkan pembangunan Bendungan Walimpong di hulu danau Tempe dengan kapasitas tampung 545,96 juta meter kubik (M3) yang nantinya bisa menjadi satu sistem dengan Danau Tempe sebagai regulator bagian hulu.
“Kalau Walimpong ini juga bisa dibangun, maka saya kira banjir yang diakibatkan Danau Tempe ini bisa teratasi,” harapnya.
Sementara itu, terkait waduk juga penting untuk pengendalian air dan mengatasi banjir. Kejadian banjir yang terjadi khususnya pada tanggal 22 Januari 2019 betapa pentingnya arti sebuah bendungan yaitu Bendungan Bili-Bili dalam menahan air yang cukup besar, sehingga dapat mengurangi akibat banjir yang merupakan luapan Sungai Jeneberang. Namun, tentu perlu adanya monitoring dan evaluasi kinerja bangunan secara menyeluruh, agar fungsi bendungan terus terjaga dengan baik, selain upaya-upaya perbaikan terhadap hulu Sungai Jeneberang yang terus dilaksanakan.
Adapun seminar ini diharapkan akan menjadi perbaikan dan cara baru dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang lebih efektif dan efisien. Kedepan akan ada cadangan air yang dapat dikembangkan potensinya tanpa meninggalkan kelestarian lingkungan, wadah dan jumlah airnya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Editor : Pijar Barutji