MAKASSAR, MATA SULSEL – Mantan Sekretaris Kota Makassar, Ibrahim Saleh, menanggapi deklarasi pasangan bakal calon wali kota dan wakil wali kota Makassar, Moh. Ramdhan Pomanto-Fatmawati Rusdi (DP-Fatma), yang dilaksanakan di Pantai Losari, Kamis 3 September 2020.

Menurut tokoh masyarakat Makassar ini, dalam tinjauan historis, pemilihan lokasi di Pantai Losari tidak menunjukkan ada hubungan bukti karya DP sebagai wali kota yang telah menjabat selama lima tahun.

“Yang ideal, DP seharusnya memilih lokasi deklarasi yang ada hubungan dengan karya monumentalnya sebagai wali kota yang pernah menjabat. Karena, hemat saya lokasi deklarasi setidaknya punya histori kuat dengan jejak karya,” terang Ibrahim, di Makassar, Jumat 4 September 2020.

Biasanya, sambung Ibrahim, dengan memilih lokasi yang menjadi karya sendiri saat menjabat, itu sekaligus menjadi deklarasi kepemimpinan yang memang bisa menghasilkan karya saat menjabat.

“Saya menduga, karena memang tidak punya karya monumental apa-apa selama lima tahun, jadinya wajar kalau DP ini asal pilih tempat saja. Dengan memilih Losari, saya menduga Pak Ilham (mantan wali kota Makassar,-red) sebagai tokoh di balik revitalisasi Pantai Losari sampai secantik ini, senyum-senyum bangga melihat Losari jadi lokasi deklarasi orang yang diketahui menjelek-jelekkan karyanya,” urai Ibrahim Saleh.

Empat kandidat secara resmi sudah menggelar deklarasi. Munafri Arifuddin-Rahman Bando sudah menggelar deklarasi lebih awal di Hotel Aryaduta yang dikenal sebagai milik Bosowa.

Disusul Deng Ical-Fadli Ananda deklarasi di Karebosi. Selain sisi hostori Makassar sebagai tirik nol di mana segalanya biasa dimulai, revitalisasi Karebosi adalah karya monumental di era Ilham sebagai wali kota yang kini menjadi salah satu tokoh pendukung Dilan.

None-Zunnun menggelar deklarasi di Celebes Convention Center yang dibangun di era Kakak None, Syahrul Yasin Limpo sebagai gubernur Sulsel. “Jadi, memang pemilihan lokasi deklarasi itu itu seharusnya mengungkap jejak karya. Pembuktian karya. Tapi kalau tidak punya jejak karya, pasti terjebak pada pemilihan lokasi deklarasi yang tidak ideal,” tutup Ibrahim. (ist)