Yasir mengaku ingat betul pernyataan NH tatkala ada tawaran dari parpol lain untuk menduduki posisi strategis. “Tidak etis rasanya kalau partai yang sudah membesarkan saya, lalu saya tinggalkan hanya karena persoalan tidak mendapatkan tempat. Inilah dinamika politik yang harus dilalui sebagai bagian penting pendewasaan diri sebagai politikus,” ucap Yasir menirukan statement NH.

Menurut Yasir, loyalitas NH dan Idrus kepada Golkar kini berbuah manis. NH dan Idrus kini menjadi sosok sentral dan berpengaruh di Golkar dalam berbagai era kepemimpinan, mulai Aburizal Bakri hingga Airlangga Hartanto. NH dan Idrus juga membuktikan sebagai politikus yang tidak menjadikan Golkar sebagai alat untuk merengkuh kekuasaan.

“NH dan Idrus itu sosok politikus yang tipikalnya bukan habis manis sepah dibuang. Itu bisa dilihat dari perjalanan karir keduanya,” ujar mantan pejabat di Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.

Lebih jauh, Yasir mengungkapkan loyalitas NH dan Idrus patut menjadi teladan bagi politikus lain, khususnya dari Golkar. Kata dia, menjadi politisi bukan untuk mengejar kekuasaan, melainkan mengabdi untuk kepentingan masyarakat banyak. “Kalau mau lihat cermin loyalitas di Golkar, lihatlah sosok NH, Idrus Marham dan Jusuf Kalla. Mereka kader Golkar sejati,” pungkasnya. (*)