Inilah Kisah Kesederhanaan PAMMASE di Mata Tokoh Masyarakat di Wajo
Wajo, Matasulsel – Pasangan Amran Mahmud-Amran SE (PAMMASE) senantiasa punya kesan mendalam bagi siapa saja yang mengenalnya. Ada yang menilai merakyat, memiliki visi, religius, dan humble.
Wajar saja pasangan nomor urut 1 ini disebut saling melengkapi. Ahli pemerintahan dipadukan dengan seorang ekonom yang berlandas pada nilai-nilai keagamaan.
Begitulah kesan Hasan Basri, mantan kepala desa di Kabupaten Wajo terhadap PAMMASE. Baginya, duo Amran adalah pemimpin yang diidam-idamkan rakyat Wajo.
PAMMASE sudah tak asing bagi Hasan Basri. Ia bercerita panjang tentang duo Amran dalam kampanye yang berlangsung di Desa Limpua, Kecamatan Majauleng, Kamis (1/3/2018).
Hasan menyebut Amran Mahmud adalah sosok yang senantiasa memberikan kejutan kepada masyarakat. Kisahnya begini.
Kala itu, Hasan masih menjabat kepala desa Buriko, Kecamatan Pitumpanua. Ia menunaikan salat subuh berjemaah di salah satu masjid di Desa Buriko.
“Singkat cerita, beliau (Amran Mahmud) tiba-tiba hadir menjadi imam shalat. Kami tidak pernah menyangka beliau akan hadir,” kenang Hasan Basri yang menjabat kades Buriko selama dua periode.
“Itu artinya bagaimana pemimpin mampu menjadi teladan untuk masyarakat,” lanjut dia.
Lantas bagaimana dengan Amran SE?
Hasan pun kembali berkisah. Ia mengaku pernah bertemu pengusaha itu di Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Timur.
“Beliau mengajak saya ke Banjarmasin dan mengunjungi pintu gerbang nan megah,” cerita Hasan soal Amran SE.
Dari sinilah ia paham bahwa pria yang bertubuh tinggi kurus itu ingin kembali ke tanah kelahirannya. Tujuannya agar Wajo bisa bersaing dengan kota-kota lain.
“Di gerbang nan megah itu, beliau menyampaikan, ‘Insyaallah kemegahan seperti ini akan saya ciptakan di tanah kelahiran Wajo,” ucap Hasan meniru pernyataan Amran SE.
Atas dasar itulah, Hasan Basri berada di barisan PAMMASE. Ia meyakini, Wajo kian sejahtera di bawah kepemimpinan PAMMASE bila Allah menghendaki. (*)