Makassar, Matasulsel – Fakta jika rumpun keluarga adat di Kabupaten Toraja menyatu dibarisan Agus Arifin Nu’mang-Tanribali Lamo (Agus-Tanribali) sangat sulit terbantahkan.

Mulai dari rumpun keluarga adat Tongkonan Sillanan, pangrapa’ dan sejumlah tokoh adat di Tana Toraja menunjukkan keberpihakannya ke satu-satunya pasangan yang mempunyai darah keturunan Toraja ini.

Alasannya, pasangan nomor urut 2 itu sudah memberi bukti selama 10 tahun dalam memajukan Sulsel khususnya di daerah Toraja, dan bukan sekadar janji-janji program semata.

“Pak Tanribali adalah bagian keluarga besar Tongkonan Pangrapa’ Toraja, jadi tidak ada lagi calon yang boleh mengaku orang asli Toraja, jangan cuma jual program tapi tidak tahu asal-usul orang Toraja,” kata pemangku adat Tongkonan Pangrapa’ Toraja, Galigo.

Terkait dengan adanya kandidat yang mengatakan bahwa masyatakat Toraja harus memilih calon berdasarkan program, punya bekas tangan di Sulsel, bukan yang berdarah Toraja. Hal tersebut terbantahkan saat kampanye akbar Agus-Tanribali di Lapangan bakti rantepao, Toraja Utara beberapa hari lalu.

Melalui pengurus DPW PPP Sulsel, Rizal Syarifuddin menegaskan, sudah saatnya masyarakat Toraja untuk memilih pemimpin yang bersih, teruji, dan berpengalaman. Pengalaman Agus, menurutnya, bagi masyarakat di Tana Toraja, adalah berhaslinya memekarkan Kabupaten Toraja Utara pada tahun 2008 lalu.

Dia mengatakan, pemekaran Toraja Utara dari Tana Toraja merupakan perjuangan Agus Arifin Nu’mang. Keterlibatan Agus tersebut, adalah sejarah besar dalam perkembangan sosial kemasyarakatan di Toraja Utara.

Terpisah, salah satu tim pemenangan pasangan nomor urut 2, Barly Pallantikan mengatakan bahwa masyarakat Toraja masih memegang teguh hubungan persaudaraan dan ikatan darah. Apalagi, kata Barly, Agus-Tanribali adalah representasi pemimpin, yang siap melanjutkan pembangunan Sulsel.

“Di Toraja, hubungan kekeluargaan masih dipegang erat dari dulu sampai sekarang, coba saja tanya para tokoh adat dan masyarakat asli Toraja. Jadi jangan sepelekan nilai persaudaraan dan kebersamaan itu lebih tinggi dibanding program apapun,” tegas Barly. (*)