Makassar, Matasulsel – Lembaga riset independen INDex Indonesia merilis hasil survei seputar Pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan, Kamis (7/6). Laporan survei jelang pencoblosan menunjukkan pasangan Nurdin Halid-Aziz Qahhar Mudzakakkar unggul signifikan dalam tingkat keterpilihan atau elektabilitas.

INDex Indonesia mencatat NH-Aziz memperoleh dukungan 30,1% responden. Mereka unggul atas tiga pasangan lain, yakni Nurdin Abdullah-Andi Sudirman Sulaiman (23,4%), Ichsan Yasin Limpo-Andi Mudzakkar (18,9%), dan Agus Arifin Nu’mang-Tanribali Lamo (5,1%).

“Sementara jumlah masyarakat yang masih merahasiakan dan belum memutuskan pilihannya sebanyak 22,5%,” kata Direktur Eksekutif INDex Indonesia A Agung Prihatna saat presentase laporan survei di hadapan wartawan di Hotel Clarion Makassar, Kamis (7/6).

Pada laporan tersebut, elektabilitas NH-Aziz hanya terpaut kandidat terdekat, NA-ASS. Namun Agung menyebut keunggulan tersebut tergolong signifikan, mengingat rendahnya margin of error sebesar 1%.

“Secara statistik dengan jumlah sampel tersebut, pergerakan nilai elektabilitas setiap kandidat hanya bertambah atau berkurang satu persen,” kata Agung.

Survei berupaya mengungkap faktor yang mempengaruhi elektabilitas para kandidat. Berdasarkan pertimbangan rasional dan emosional, masing-masing paslon memiliki daya tawar yang dominan. NH-Aziz misalnya, dengan peringkat tertinggi, disebut berhasil menyentuh masyarakat dengan faktor rasional dan emosional sekaligus.

“NH-Aziz cenderung dipilih karena empat faktor yang dominan yakni citra sebagai orang baik, ramah dan sopan, menawarkan program yang dibutuhkan masyarakat, berasal dari daerah yang sama, dan citra keagamaannya,” Agung menambahkan.

INDex Indonesia menyelenggarakan survei pada 1-15 mei di 24 kabupaten/kota se-Sulsel. Mereka melakukan wawancara tatap muka dengan 11.200 responden, yang dipercaya sebagai sampel terbesar untuk survei Pilkada tingkat provinsi. Sampel ditentukan secara acak dengan teknik multistage random sampling, hingga tingkat kepercayaan mencapai 95%.

“Jumlah sampel yang besar ini memang tidak lazim. Ini karena kami tidak hanya ingin melihat indikator elektoral pada perspektif Sulsel secara umum, tapi juga informasi elektoral masing-masing pasangan calon di setiap kabupaten/kota,” Agung menjelaskan.