Dia pun mengatakan, meski IYL-Cakka tidak secara terang-terangan melalukan kerja politiknya selama ini. Akan tetapi grassroot pasangan yang dikenal dengan komitmen, tegas dan merakyat ini sudah lama berkerja.

Sehingga, saat IYL-Cakka turun langsung melalukan sosialisasi, tim di bawah sudah bisa langsung rapih atau massif. “Berbeda dengan umpamanya NA-ASS. Memang dia agak susah karena kecenderungan masyarakat menganggap pasangan ini tidak konsisten dengan komitmen yang sudah dibangun. Apalagi partainya tidak solid mendukung. Ditambah lagi relawan dan tim pemenangannya banyak mengalihkan dukungan ke calon lain,” ucapnya.

Sementara Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM), Syahrir Karim mengatakan, tren elektabilitas IYL-Cakka dalam beberapa survey memang mengalami kenaikan.

Menurutnya, kecenderungan mesin politik IYL-Cakka memang bekerja maksimal daripada kandidat lain yang diusung koalisi parpol.

“Ini pertanda bahwa mesin politik pasangan ini bekerja secara maksimal. Harus diakui dibanding kandidat lain,” kata Syahrir, Selasa (6/3/2018).

Bahkan dia menilai, soliditas sejumlah elite parpol lebih solid mendukung IYL-Cakka. Hal ini ditandai dengan banyaknya kader Golkar yang tetap keukuh mendukung pasangan ini. (*)