“Ada tiga alasan untuk tidak percaya pada CRC. Satu, lembaga ini punya traumatik historis dengan penempatan data yang jauh dari akurat saat Pilkada Soppeng dan Takalar. Kedua, CRC ternyata selama 3 tahun terakhir, menjalin kerja sama riset terkait kebijakan publik, dengan Pemkot Makassar. Dan yang terakhir, pantauan kami dalam musim pilkada serentak saat ini di Sulsel, CRC tidak pernah lagi terpakai, karena krisis kepercayaan akan kredibilitas,” beber Arsony.

Sekali lagi, lanjut aktivis buruh ini, Danny Pomanto-Indira Mulyasari, lewat CRC tidak bisa menyembunyikan strategi politik survei yang brutal. Dengan dua kali merilis hasil survei yang tidak obyekti, dan sangat jauh dari hasil survei internal Munafri ‘Appi’ Arifuddin-drg Andi Rachmatika Dewi.

Sony menjelaskan, kecenderungan politik survei sengaja dimainkan oleh Danny-Indiram Hal itu sebagai upaya untuk pengaruhi opini publik. Ketika  kandidat sudah tidak mampu mencegah elektabilitasnya yang kian terjun bebas.

“Sedikit pun kami tidak terpengaruh dengan itu, dan menyerukan pada tim dan konstituen agar menjadikan hasil survei itu sebagai lelucon opini saja,” tandasnya. (*)