Makassar, Matasulsel – Juru bicara Nurdin Halid Aziz-Qahhar Mudzakkar (NH-Aziz), Muhammad Natsir, mengungkapkan program pro-kampung untuk mewujudkan Sulsel Baru sangatlah rasional dan merupakan terobosan baru. NH-Aziz bahkan telah menghitung anggaran yang dibutuhkan. Nah, kekuatan jaringan duet tokoh nasional itu menjadi jaminan sederet program pro-rakyat tersebut dapat direalisasikan.

Statement Natsir itu sekaligus merupakan jawaban atas tudingan Akademisi Sosiologi Politik UIN Alauddin Makassar, Muhammad Ridha, yang menyebut program NH-Aziz sangatlah tidak logis dan terkesan ambisius. Natsir menyayangkan pernyataan itu dilontarkan oleh seseorang sekelas pengamat atau analis yang mestinya memiliki banyak referensi atau bacaan. Sang pengamat dinilai asal komentar dan malah terkesan mirip tim pemenangan rival NH-Aziz.

“Program-program pro-kampung itu inovatif dan rasional. Semuanya sudah dihitung, makanya berani dimasukkan sebagai program yang disetor ke KPU. Mulai dari program standarisasi lapangan sepak bola bertaraf internasional di tiap kecamatan, pembangunan Rumah Quran, pendidikan dan fasilitas sekolah gratis hingga kredit tanpa bunga dan agunan, itu semua baru di Sulsel dan sesuai kebutuhan masyarakat,” kata Natsir, Sabtu, 10 Februari.

“Kalau pengamat bilang itu copy paste, coba tunjukkan kepala daerah mana di Sulsel yang berhasil melakukannya, atau paling tidak memprogramkannya. Pengamatnya mungkin kurang baca dan kurang referensi,” sambung Natsir yang juga politikus Golkar.

Natsir menerangkan untuk program pendidikan, NH-Aziz bukan sekadar membebaskan biaya pendidikan. Toh, itu memang amanat pemerintah dan telah dilakukan di hampir seluruh daerah. Yang dicanangkan NH-Aziz adalah program pendidikan paripurna, dimana tidak hanya membebaskan biaya sekolah, tapi juga menggratiskan perlengkapan sekolah, mulai seragam, sepatu, topi dan tas. Juga memberikan jaminan dunia pendidikan bebas pungli.

“Nah, di Sulsel sekarang tidak ada daerah yang menggratiskan perlengkapan sekolah. Jadi, kalau dibilang meniru, ya meniru daerah mana? Program NH-Aziz malah inovatif dan berani mengingat calon lain mungkin tidak mampu sehingga tidak berani memprogramkan. Kalau NH-Aziz, ya pasti bisa direalisasikan dengan kekuatan jaringan di level nasional,” ulas Natsir.

Program pendidikan NH-Aziz tidak berhenti pada tataran pendidikan dasar dan menengah, tapi juga pendidikan tinggi. Pasangan tegas, merakyat dan religius itu mencanangkan pemerataan pusat pendidikan tinggi di luar Makassar. Dengan begitu, pemuda di daerah tidak harus jauh-jauh datang ke Kota Daeng untuk berkuliah. Pasalnya, NH-Aziz bekerjasama dengan insan perguruan tinggi akan membuka kampus representif di daerah-daerah.

“Program ini juga adalah terobosan, tidak ada yang memprogramkan. NH-Aziz itu pemimpin visioner, solutif dan merakyat sehingga memprogramkannya karena kelak memang menjadi kebutuhan,” tutur dia.

Lebih jauh, Natsir menyebut soal standarisasi lapangan sepak bola bertaraf internasional di tiap kecamatan merupakan program yang tidak terlalu sulit. Toh, ditegaskan dia bukan stadion yang akan dibuat yang membutuhkan anggaran sangat besar. Hanya lapangan yang rata-rata tiap kecamatan sebenarnya sudah memiliki. Tinggal meningkatkan spesifikasinya bertaraf internasional dan itu bukanlah pekerjaan sulit.

“Kalau mau ditarik garis besarnya, program itu sejalan dengan program pemerintah melalui Kemenpora. Bahkan pemerintah mencanangkan satu desa satu lapangan olahraga. Nah, NH-Aziz itu berbasis kecamatan dan siap membantu pemerintah dengan meningkatkan spesifikasi bertaraf internasional,” pungkas dia. (*)