KALLA Melalui PT. Bumi Karsa Raih Bronze di Ajang CSR Outlook Award 2023
JAKARTA – KALLA kembali lagi mendapatkan penghargaan nasional berkat pencapaian perusahaan dalam Corporate Social Resposibility (CSR) kali ini melalui salah satu program CSR PT. Bumi Karsa yang merupakan unit bisnis KALLA yang bergerak di bidang jasa konstruksi dan pembangunan infrastruktur dalam ajang CSR Outlook Award 2023.
Kegiatan ini sendiri digelar oleh PT Olahkarsa Inovasi Indonesia untuk mengapresiasi gebrakan perusahaan dalam berbagai bidang CSR
Kegiatan ini bekerjasama dengan Business Council for Sustainable Development (IBCSD) sebagai asosiasi dari beberapa perusahaan yang beroperasi di Indonesia yang berbagi komitmen dalam mendorong pembangunan berkelanjutan melalui pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, keseimbangan ekologis, dan pertumbuhan sosial.
Kategori award yang diberikan antara lain Outstanding Leader, Best Practice in Economic Empowerment, Best Practice in Environment, Best Practice in Education dan Best Creating Shared Values.
Rangkaian CSR Outlook Award 2023 sendiri dimulai dengan pengumpulan paper program, penilaian paper on desk assessment, pitching paper hingga assessment.
Berdasarkan penilaian dewan juri, KALLA berhasil meraih predikat Bronze untuk kategori Best Practice in Environment melalui program “Agroforestry : Program Hutan Lestari melalui Sistem Wanatani berbasis Masyarakat” yang telah menjadi program CSR dari PT. Bumi Karsa melalui anak usahanya, PT. Tombolo Energy yang merupakan pembangkit listrik tenaga mini-hydro.
Penghargaan ini diterima langsung oleh Ansar Rahman selaku General Manager Asset Management & Peralatan PT. Bumi Karsa yang sebelumnya menjabat Direktur PT. Tombolo Energy pada Selasa, 25 Juli lalu.
“Program ini adalah bentuk komitmen nyata kami (PT. Bumi Karsa) dalam hal environment sustainability dimana kondisi hulu sungai di Kecamatan Tombolopao mengalami deforestasi. Kami sangat bersyukur program ini mewakili KALLA dalam ajang CSR Outlook 2023 dan menjadi salah satu best practice CSR dibidang lingkungan,” ungkap, Ansar Rahman.
Program Agroforestry sendiri berasal dari kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya petani mengenai dampak jangka panjang dari mengalihfungsikan kawasan hutan menjadi lahan pertanian.