1. Lemahnya pendidikan keluarga

Selo Soemarjan (1962) dan Abdullah (dalam Roucek dan Warren, 1994:127) menyebutkan bahwa keluarga adalah kelompok inti dalam masyarakat, sebab pendidikan pertama yang diterima seseorang secara alamiah ada dalam keluarga. Dalam keluarga anak di ajarkan berbagai hal yang dibutuhkan untuk menjalani kesehariannya.

Dalam pendidikan keluarga inilah yang membentuk karakter dasar, jika nilai-nilai kebaikan telah di tanamkan dalam diri seseorang sejak kecil, maka nilai-nilai itulah yang dibawa sampai dewasa, in shaa ALLAH.

Jadi, dalam keluarga perlu adanya pendidikan karakter, dan pemberian contoh yang baik, bagi anak-anak dalam keluarga tersebut.

Besarnya peranan orang tua terhadap anak, juga telah dikuatkan oleh sabda RosûlulLâh, “Setiap manusia yang lahir, mereka lahir dalam keadaan fitrah. Orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani” (HR. Bukhari-Muslim)

2. Teman bergaul

Seseorang akan cenderung mengikuti apa yang dilakukan temannya, jika temannya baik, ia bisa jadi ikut baik juga.

Pengaruh teman sebaya sangat penting, yang tak dapat kita remehkan dampaknya. Terdapat jalinan yang kuat antara para remaja. Di kelompok teman sebaya, mulai di terapkan nilai-nilai kebersamaan dan kerjasama. Keberadaan teman sebaya sangat mempengaruhi tingkah laku, minat, bahkan sikap dan pikiran remaja. Misalnya pengaruh terhadap cara berpakaian, gaya hidup, merokok, sikap dan sebagainya (Mapiere, 2004).

Oleh karena itu, “pilih-pilih” teman itu sangat penting, bukan dalam rangka sombong, tapi untuk menyelamatkan diri sendiri.

3. Adanya kesempatan

Sebagaimana yang sering disampaikan oleh bang Napi, “kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat dari pelakunya, tapi karena ada kesempatan. Waspadalah! Waspadalah! Waspadalah!”

Bisa jadi dalam kasus tersebut, pengurus masjid teledor dalam mengamankan celengan. Hingga terbuka peluang manis, bagi para pelaku untuk menggasaknya.

Penulis: Ma’arif Amiruddin (Mahasiswa / Aktivis Perubahan)