MAKASSAR, MATASULSEL – Penyidik Ditreskrimsus Polda Sulsel telah menyita dua rekaman yang diduga terkait dengan kasus pungli penerimaan CPNS di Universitas Negeri Makassar (UNM). Dua bukti rekaman suara yang disita masing-masing berdurasi 11 dan 6 menit.

Dalam rekaman tersebut terungkap ada tanda terima kasih sebesar Rp55 juta yang disetorkan CPNS kepada seseorang. Yang bersangkutan di sebut sebagai perantara.

Ia mengaku tanda terima kasih itu untuk rektor yang diserahkan melalui dekan. Nilainya pun disebut secara gamblang. Rp55 juta.

Hanya saja, dalam rekaman tidak secara eksplisit disebut nama rektor maupun dekan yang dimaksud.

Dalam rekaman yang beredar juga ada nama-nama yang disebutkan selain rektor dan dekan. Nama-nama itu diduga merujuk pada staf dan pegawai UNM.

Berikut beberapa transkrip rekaman yang berhasil disadur.

Pertama, terjadi percakapan antara CPNS pemberi ucapan terima kasih dengan perantara yang akan menerima uang. Di mana CPNS menanyakan soal kepastian setoran kepada rektor.

“Mauka tanyakan tentang itu tidak sibuk jiki?” kata peminta setoran.

“Tidak ji kak,” jawab CPNS.

Lalu perminta setoran melanjutkan kalimatnya.

“Yang pernah saya tanyaki bilang ada dikumpul untuk pak rektor, kita ingat ji to belum piki kutanya jumlahnya. Begini mi pale dek supaya bisa ki ketemu juga sama bu dekan to. Sudah mi ditanya juga bilang saya mi yang kasih tahu ki nominalnya. Itu sama yang lain rata 55 (Rp55 juta). Tidak pernah ada yang tanyaki kah?,” ujar peminta setoran yang katanya diberikan wewenang menyampaikan kepada CPNS.

Lalu dijawab oleh pemberi setoran yang berstatus CPNS. “Belum kak. Belum ada yang tanya kak,” katanya.

Sang peminta setoran mengakui, dulu ia juga menyetor saat diangkat jadi CPNS. Tapi nilainya lebih kecil. Rp35 juta.

“Ndak pernah ki ditanya? Kita dengar tadi 55 (Rp55 juta). Kagetka saya juga kaget. Tapi begitu ji memang dek karena saya tahun lalu begitu ji juga tapi jumlahnya ndak segitu. Saya tahun lalu 35 (Rp35 juta). Tahun sebelumnya to 35. Dan ini naikki ternyata dan memang katanya selalu naik bede,” tuturnya.

Sang peminta setoran, juga mengingatkan CPNS bersangkutan agar pembicaraan itu tidak sampai bocor.

“Kalau bisa jangan terlalu banyak yang tahu karena sempat ini bede berita bocor sampai ke Dinkes Provinsi. Jadi sempat ada yang bocor sampai Dinkes Provinsi jadi itu mi sempat ada sesuatu di fakultas. Memang berat sih dek ku akui ji. Saya juga yang dengar kaget tapi begitu mi kalau mauki diaktifkan di sana, bagaimana di, cara bilangnya. Ndak baik sih sebenarnya tapi ya sudahlah karena begitu mi kenyataannya,” urainya.

Sang peminta setoran juga mengungkapkan jika ada grup khusus yang dipegang oleh dekan langsung. Grup ini kata dia, khusus bagi calon PNS yang diakomodir.

“Kalau mau ki diaktifkan di sana , sering dipanggil sana sini banyak kegiatan ta, ya itu begitu. Ndak masuk piki di grup kah? Grup CPNS, grup CPNS fit yang ada bu dekan, yang dipegang sama bu dekan yang itu. Karena di situ mi info-infonya kalau ndak salah itu kalian terima SK bulan Maret. Jadi kalau bisa to bulan ini kita kumpul mi kalau bisa ki. Kalau misalnya ada kendala ta tanya ki pak (ia menyebut nama seseorang),” terang dia.

“Mau ki ke kampus kah kalau misalnya mau ki konsultan atau apa-apa to karena saya ini cuman disuruh sampaikan sama kita tentang nominalnya,” ucap peminta setoran.

Peminta setoran juga menceritakan terkait keterlibatan seseorang dalam praktik setor menyetor ini. Ia lalu menyebut nama seseorang berinisial A yang ikut menjadi perantara.

Sementara calon PNS yang dimintai setoran mengaku belum diberitahu soal nominalnya. Ia mengaku cuma sebatas tahu ada ucapan terima masih. Tapi nilainya tak jelas.