Wajo, Matasulsel – Aksi “pengadangan” terhadap pasangan Amran Mahmud-Amran SE (PAMMASE) membuat sejumlah tokoh masyarakat Kabupaten di Wajo merasa kecewa, terutama di Kecamatan Pitumpanua, tempat duet nomor urut 1 sempat ditutupkan akses jalan.

Mereka menilai, insiden blokade jalan di Desa Abbanderang, Kecamatan Pitumpanua pada 12 Maret lalu sangat mencederai demokrasi di Bumi Lamaddukkelleng. Cara-cara itu adalah bentuk teror dan intimidasi terhadap pemilih dan PAMMASE.

Kekecewaan itu ditujukan ke alat peraga bergambar pasangan kandidat lain yang sempat terpasang di depan rumahanya. Para tokoh masyarakat yang kecewa menurunkan dan mencabut atribut yang terpasang tersebut.

Salah satunya, Aras yang terang-terangan mencopot semua atribut kandidat yang didukung sebelumnya yang berada di rumahnya. Mulai dari baliho, kalender hingga stiker. Aras pun mengaku mengalihkan dukungannya ke PAMMASE untuk berjuang melawan intimidasi.

“Pak Aras menghubungi saya dan menyampaikan dukungan terhadap PAMMASE. Beliau mengaku kecewa atas insiden di Desa Abbanderang,” ucap Ketua Tim Militan PAMMASE di Pitumpanua, A Jaya, Jumat (16/3/2018).

Jaya menegaskan, pihaknya terus mengawal kasus blokade jalan yang sudah dilaporkan ke Polres Wajo. Ia berharap polisi bekerja secara profesional dalam mengusut otak blokade jalan tersebut.

Diberitakan, aksi blokade jalan ini saat PAMMASE hendak bersilaturahmi dengan warga di Desa Abbanderang, Senin (12/3/2018) siang.

Saat rombongan pasangan ini menuju lokasi, tiba-tiba akses ke lokasi tersebut ditutup dengan cara membentangkan pohon di jembatan, serta beberapa akses lainnya.

Meski begitu, PAMMASE tak ingin mengecewakan warga yang sudah menantinya. Bersama warga, pasangan nomor urut 1 membuka blokade jalan hingga akhirnya bertemu dengan warga.

Di pertemuan, warga menyampaikan simpatinya sekaligus berikrar untuk berjuang bersama melawan kedzaliman dan kesewenang-wenangan. (*)