Luwu Utara, Matasulsel – Direktorat Penyiapan Kawasan Perhutanan Sosial, Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Republik Indonesia menggelar pelatihan Farmer to Farmer Mentoring atau Pelatihan Fasilitasi Perhutanan Sosial, Kamis (7/11/2019), di Tribun VIP Lapangan Tamsis Masamba.

Pelatihan ini dilaksanakan selama tiga hari, 7 – 8 November 2019, dengan melibatkan Kelompok Tani Hutan (KTH) yang telah mendapatkan izin Perhutanan Sosial (PS) maupun yang sedang dalam proses bermohon, para Penyuluh KPH Rongkong, Penyuluh KPH Kalaena, GenPI Luwu Utara serta perwakilan dari Perangkat Daerah terkait.

Kasubdit Penyiapan Hutan Kemasyarakatan Ditjen Penyiapan Kawasan Perhutanan Kementerian LHK, Tuti Herawati, mengungkapkan, Farmer to Farmer Mentoring adalah sebuah metode pelatihan yang baru pertama kali diselenggarakan di Indonesia. “Kami menggunakan teknik pendidikan orang dewasa dalam pelatihan ini,” kata Tuti.

Tuti mengatakan, Farmer to Farmer Mentoring adalah strategi terbaru Kementerian LHK untuk menyebarluaskan informasi Perhutanan Sosial dan mencetak agen-agen baru Perhutanan Sosial di masyarakat. “Semakin banyak masyarakat yang paham tentang Perhutanan Sosial, maka diharapkan semakin banyak pula izin PS yang terbit,” harapnya.

Bukan itu saja, dengan semakin cepat proses perizinan PS, maka semakin banyak masyarakat yang mendapatkan manfaat dari izin PS, serta regenerasi kader penjaga kelestarian hutan juga berjalan dengan baik. “Kegiatan ini kita kemas dalam acara KoKreasi Perhutanan Sosial yang merupakan salah satu bentuk kolaborasi antara KLHK dan Pemda Lutra,” imbuhnya.

Apa saja yang dilakukan dalam pelatihan? Wanita berkacamata ini menyebutkan, ada beberapa metode yang dilakukan dalam pelatihan ini. Salah satunya, kata dia, peserta diwajibkan berpartisipasi aktif selama proses pelatihan. “Ini juga sebagai ajang bertukar pengalaman, sehingga peserta bisa belajar dari permasalahan yang ada,” terangnya.

Di tempat yang sama, Subdit Penyiapan Hutan Kemasyarakatan, Gunadi Firdaus, mengatakan, peserta juga dikenalkan dengan aplikasi android yang dapat dipakai untuk mengambil titik koordinat sebagai dasar membuat peta. “Sekarang itu bikin peta gampang, tinggal pakai foto juga sudah ketahuan titik koordinatnya,” tutur Gunadi Firdaus.

Selain teknik pengambilan titik koordinat, peserta juga dibekali dengan teknik pemetaan partisipatif yang ditutup dengan praktik pengambilan titik koordinat menggunakan GPS camera dan membuat sketsa lokasi, sehingga jelas batas lokasi yang dipetakan. “Kita berharap para peserta nantinya dapat menjadi champion di tempat masing-masing,” pungkasnya.