MAKASSAR — Mencuatnya ditengah pro kontra terkait rencana pembangunan rel kereta api rute Makassar-Maros, Ketua Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kota Makassar, Rizal Burahmat memberikan tanggapan positif atas tawaran yang diberikan Wali Kota Makassar, Dhanny Pomanto, kepada Balai Pengelola Kereta Api (BPKA) Sulawesi Selatan (Sulsel), pada Selasa (23/08) kemarin.

Pasalnya, hal itu disebabkan adanya perbedaan perspektif pembangunan rel kereta api, khususnya untuk wilayah Makassar antara Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar dengan BPKA Sulsel.

Diketahui, Pemkot Makassar menginginkan rel layang (elevated) sementara dan BPKA Sulsel menginginkan pembangunan jalur kereta api jalur rel darat (at grade).

Dari dua metode dan perspektif pembangunan yang ditawarkan, memiliki landasan kajian yang menjadi dasar pertimbangan, namun tentu juga masing-masing memiliki dampak terhadap lingkungan, efektivitas, aksesibiliti, dan yang paling penting adalah terjaganya lingkungan.

Baca Juga: Ketua GP Ansor Kecamatan Tamalate Apresiasi Karnaval Merdeka Toleransi

Sebelumnya, Danny Pomanto melihat pembangunan jalur rel kereta api di Kabupaten Barru, di mana jalur rel kereta dengan konsep at grade telah menghancurkan lahan sawah di lokasi tersebut, dan ia tak ingin kondisi seperti itu terjadi di Kota Makassar, seperti terhambatnya aliran air ke Sungai Tallo.

”Jika jalur rel darat terealisasi, maka warga nelayan yang memiliki perahu tidak bisa tembus dari Sungai Tallo ke laut karena lebih rendah dari jembatan. Proyek ini harus bikin solusi, bukan masalah. Mereka enak karena nanti akan pergi tapi menyisakan banjir lagi,” ungkapnya Danny Pomanto, Minggu, (17/7/2022).

Hal ini yang membuat Ketua PC GP Ansor Makassar, Muhammad Rizal Burahmat, akhirnya angkat bicara dan sepakat dengan apa yang menjadi kebijakan dari Pemkot Makassar.

Rizal menilai, Pemerintah Kota Makassar dalam Hal ini Walikota Makassar Danny Pomanto, sudah sangat Pro kepada Warga Kota Makassar.

”Apabila Pemerintah Provinsi dan Balai Kereta Api memaksakan pembangunan Rel Kereta Api model at grade (di bawah) dampaknya sangat berpotensi mengakibatkan banjir besar utamanya di sekitar rel yang akan membahayakan warga. Dimana pembangunannya mengambil lahan warga selebar 50 meter. Kalau elevated (rel layang) hanya mengambil lahan warga 5 meter. Juga aman dari banjir,” jelasnya Rizal, Selasa, (23/8/2022).

Tambahnya, Ichal Phinisi sapaan akrabnya menurutnya, jika beberapa Kota besar di Indonesia bisa dibangun rel kereta api model elevated kenapa Kota Makassar tidak bisa.

”Seakan-akan ini Makassar dianaktirikan oleh Balai Kereta Api Pemprov, mestinya mengkaji lebih dalam lagi, karna (dikhawatirkan akan) lebih besar mudhoratnya dari pada maslahatnya bagi masyarakat Kota Makassar.” tegasnya Ichal Phinisi.

Memahami Konsep Ditawarkan Dhanny Pomanto

Tim Redaksi

Terkait

JENEPONTO, MATASULSEL – Personel Satlantas Polres Jeneponto melaksanakan kegiatan Blue Light Patrol sebagai langkah antisipasi terhadap potensi
Oleh : Haerullah Lodji (Pegiat TBM Pajeka) MAKASSAR, MATASULSEL — Bachtiar Adnan Kusuma, tokoh literasi nasional dan Ketua Forum Penerima
JENEPONTO, MATASULSUL – Dalam upaya memperkuat budaya membaca di Kabupaten Jeneponto, Pajeka Taman Bacaan Masyarakat (TBM) menggelar kegiatan lapak
MAKASSAR, MATASULSEL – Lembaga Antikorupsi Sulawesi Selatan (Laksus) mendesak Polda Sulsel memeriksa mantan Bupati Takalar Syamsari Kitta dan
Oleh : Jay Dasrum Jumat pagi datang dengan senyum tipis di ufuk timur Jeneponto, mengibaskan selimut kelabu malam yang perlahan menyingkir. Bukan
MAKASSAR, MATASULSEL – Penyidik bidang Tindak Pidana Khusus pada Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan (Kejati Sulsel) Kamis (10/7/2025), resmi