Keunikan Kampung Lembangloe, Surga Pertanian, Dua Kali Panen Padi dan Tradisi Ubi Jalar
Oleh : Haerullah Lodji (Direktur Pattiro Jeka)
Bagian Pertama : 7 Keunikan Kampung Lembangloe
Kampung Lembangloe, yang terletak di tengah hamparan sawah subur, adalah sebuah tempat yang kaya akan potensi pertanian dan tradisi yang telah terjaga turun-temurun.
Dikenal sebagai Kampong “Sulapa Appa,” bagian dari Kelurahan Balang Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto, Lembangloe berada di lokasi strategis, diapit oleh aliran Sungai Kelara yang mengalir dari Jombe hingga Belokallong.
Keberadaan sungai ini memberikan akses air yang melimpah, menjadikan lahan pertanian di Lembangloe sangat produktif.
Dengan batasan yang jelas, kampung ini berbatasan dengan entitas Jeneponto Hutan Kota “Romanga”, dibelah oleh jalan poros yang menghubungkan desa Sapanang dan persimpangan Paceko hingga Balombonga, yang mengarah ke kota Makassar dan Bulukumba.
Meskipun hamparan sawahnya tidak begitu luas, produktivitasnya luar biasa. Petani di Lembangloe dapat melakukan dua kali panen padi atau jagung dalam setahun dan kini, lahan-lahan tersebut tengah ditanami ubi jalar, atau dalam istilah lokal dikenal dengan nama “lame lamba.”
Menanam ubi jalar di penghujung musim kering/kemarau, atau “timoro,” telah menjadi tradisi yang melekat di Lembangloe.
Bedeng-bedeng atau “Kasombo” yang tertata rapi menunjukkan keseriusan para petani dalam mengelola lahan mereka.
Yang menarik, pemilik lahan sangat terbuka bagi warga yang tidak berprofesi sebagai petani untuk ikut serta dalam kegiatan bercocok tanam. Dengan sistem bagi hasil, mereka dapat membuat bedengan untuk menanam ubi jalar, memperkuat rasa kebersamaan di kalangan warga.
Sistem pengairan di Lembangloe sangat mengandalkan pompanisasi dari sungai, sehingga seluruh hamparan sawah dengan mudah mendapatkan pasokan air.
Kerja gotong royong masih sangat terjaga di kampung ini. Mulai dari mempersiapkan bedengan, menanam, hingga mengaliri air, semua dilakukan dengan semangat kebersamaan.
Saat panen tiba, kerumunan warga yang saling membantu menjadi pemandangan yang tak ternilai, menciptakan ikatan sosial yang kuat di antara mereka.
Tradisi menanam ubi jalar di Lembangloe bukan hanya sekadar aktivitas pertanian, tetapi juga merupakan bagian integral dari identitas kampung. Keberadaan kampung ini sebagai “kampung ubi jalar” menunjukkan betapa pentingnya tanaman ini dalam kehidupan sehari-hari warga.
Dengan segala keunikan yang dimiliki, Lembangloe bukan hanya sekadar tempat bertani, tetapi juga sebuah komunitas yang kaya akan nilai-nilai sosial dan budaya yang patut dilestarikan. (*)