“Ini waktunya bagi saya pulang mengabdi setelah puluhan tahun merantau dan bergelut di luar Wajo,” tambah Arif Saleh yang di Pilgub DKI Jakarta, juga terlibat sebagai supervisor pemenangan salah satu pasangan.

Selain alasan itu, JSI yang menjadi konsultan pemenangan dan lembaga survei yang digunakan PAMMASE di Pilkada Wajo 2018, juga punya tanggung jawab moral, terutama bagi dirinya sebagai putra Wajo untuk ikut mengawal, sekaligus mengawasi berbagai janji-janji politik pasangan bupati dan wakil bupati terpilih tersebut.

Ditambah lagi, lanjut dia, Partai Nasdem yang ditempatinya bergabung adalah salah satu parpol pengusung pasangan perpaduan politisi/akademisi dan pengusaha tersebut.

Soal pilihannya di Dapil I yang disebut sebagai “Dapil Neraka”, Arif justru tidak melihatnya seperti ini. Alasannya, semua wilayah, termasuk Kecamatan Tempe pasti diisi oleh putra-putri terbaik Wajo. Sehingga baginya, semua yang maju dipersepsikan sebagai kawan berdemokrasi.

“Saya tidak menganggap mereka adalah lawan. Justru ini harus kita sambut positif. Mereka tentu adalah putra putri terbaik Wajo yang akan mewakafkan dirinya menjadi wakil rakyat. Dan ini kesempatan, bagaimana rakyat menyeleksi para calon legislatif. Tentu saja pendekatannya adalah tawaran ide dan gagasan dari masing-masing caleg, serta parpol,” urai alumni UIN Alauddin Makassar ini.

Arif berkomitmen sekaligus mengajak para caleg, agar bersama menjadikan Pemilu 2019 jauh lebih berkualitas, serta jauh dari prilaku yang tidak mendidik. Seperti menghalalkan segala cara untuk berbuat curang, dan melakukan politik uang.