Makassar, Matasulsel – Pegiat literasi di Makassar yang diwadahi oleh Kala Literasi mengadakan launching dan bedah buku ‘Tutur Jiwa’ karangan Sulhan Yusuf. Kegiatan ini berlangsung di Cafe Dialektika, Jalan Wesabbe Perintis Kemerdekaan, Makassar, Kamis malam (26/10/2017).

Kegiatan ini menghadirkan pembicara diantaranya, Sulhan Yusuf (Penulis Tutur Jiwa, Pegiat Literasi Sulsel), Alwi Rahman (Sastrawan, Budayawan) dan Muh. Nur Djabir (Pegiat literasi, Penulis Filsafat Wujud Mulla Shadra), serta dihadiri oleh 30 peserta yang berasal dari berbagai kalangan seperti, pelajar, mahasiswa, dan pegiat literasi di kota Makassar.

Sulhan Yusuf menjelaskan bahwa buku keduanya ini lahir dari kumpulan tulisan-tulisannya di media sosial. Tujuan buku ini ‘lahir’ yakni untuk meningkatkan kegiatan literasi khususnya di kota Makassar.

“Buku ini hadir sebagai bentuk penegasan saya mendukung kegiatan literasi di Makassar. Hasil penjualan buku ini juga akan diberikan kepada berbagai komunitas literasi di kota Daeng.” Jelasnya.

Suasana launching dan bedah buku ‘Tutur Jiwa’ karya Sulhan Yusuf di Cafe Dialektika Wesabbe, Makassar. Kamis malam (26/10/2017).

Senada dengan Sulhan, Alwi Rachman yang juga merupakan akademisi mendukung penuh berbagai bentuk kegiatan literasi di kota Makassar. Ia mengaku bangga dengan komunitas literasi yang berjuang sendiri menghidupkan budaya literasi di Makassar.

“Kegiatan literasi perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak karena Sulsel masih jauh dari kata layak untuk menjadi kota literasi. Kita berada di urutan keempat terburuk dan masuk dalam zona merah dalam hal literasi.” Lanjutnya.

Saat sesi wawancara, Alwy menyesalkan niat Pemerintah Kota Makassar yang terkesan tidak tulus dalam mengurus masalah pengembangan literasi.

“Pemerintah memanfaatkan kegiatan literasi ini untuk kepentingan politik, tidak tulus. Padahal peradaban suatu daerah dilihat dari kemajuan literasinya. Kekalahan dalam literasi menjadi bukti bahwa kita tidak mampu memanfaatkan peradaban.” Tegas dosen Sastra dan budaya di fakultas sastra Unhas ini.

Ia juga menuturkan, literasi harus ditumbuhkan sejak dini, misalnya dengan membentuk kurikulum pendidikan dasar sampai menengah yang mendidik anak-anak untuk mampu bercerita dan menuliskan pengalamannya serta meningkatkan peran orangtua sebagai pendidik pertama dan utama dalam keluarga guna mengenalkan budaya literasi kepada anak-anak.(*)

Kiriman : Suterayani Suparmin (Peserta Kegiatan)
Editor : (Kusuma Widodo/Matasulsel)