Sektor LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan konsisten menyumbang ±20% PDRB Sulsel dengan rata-rata pertumbuhan 3,88% (yoy) dalam kurun waktu 3 tahun terakhir.

Namun, terdapat sejumlah permasalahan yang menghambat sektor pertanian untuk dapat berkontribusi lebih baik dalam meningkatkan perekonomian Sulsel ke depan.

Yang pertama yaitu luas lahan pertanian di Sulawesi Selatan cenderung mengalami penurunan dari tahun 2022 dibandingkan 2020.

Data PS menunjukkan bahwa Luas lahan pertanian di Sulsel pada tahun 2022 adalah 3,652 Juta Ha turun sebesar -0,09% dibandingkan 2020 yaitu 3,656 juta Ha.

Tingkat produktivitas produksi padi di Sulsel juga cenderung mengalami penurunan. Rata-rata produktivitas produksi padi terhadap lahan pertanian di Sulsel mengalami penurunan sebesar -0,23% per tahun dalam kurun waktu 2011-2020.

Lebih lanjut, jumlah petani di Sulsel pada Periode Feb 2023 mencapai sebanyak 1,58 Juta orang, turun sebesar 0,03 juta atau -1,89% dibandingkan periode Feb 2022 yang mencapai 1,61 juta orang.

Melihat kondisi tersebut, diperlukan suatu strategi yang kiranya dapat mendorong sektor pertanian Sulsel untuk dapat berkembang dan berkontribusi lebih baik, salah satunya yaitu mengimplementasikan teknologi pertanian dan Teknik digital farming.

Melalui digital farming, petani diharapkan dapat meningkatkan akurasi dan presisi dari penggunaan sumber daya pertanian dengan menghasilkan output yang optimal dengan bantuan otomasi IoT (internet of things).

Peralatan IoT yang digunakan dapat mengatur waktu dan kuantitas irigasi, penggunaan pupuk, sesuai dengan faktor cuaca, keadaan tanah, faktor lainnya sesuai dengan kebutuhan tanaman secara akurat. Platform Digital juga dapat memperluas akses petani baik dari sisi akses permodalan maupun akses pasar.

Narasumber talkshow diseminasi LPP yang hadir yakni Bapak Hikmatullah Insan Purnama dari Platform Agree Telkom menyatakan bahwa Riset yang dilakukan Telkom menyimpulkan bahwa Petani dapat meningkatkan Produktivitas sebesar 40%, menurunkan penggunaan air dan nutrisi sebesar 40%, dan menurunkan 50% biaya operasional dengan menerapkan digital farming.

Selanjutnya, narasumber praktisi digital farming dari PT Habibi Digital Nusantara menyatakan bahwa implementasi digital farming dari mitra platform tersebut secara rata-rata berhasil meningkatkan profit sebesar 67% dan produktivitas sebesar 19%.

Capaian peningkatan produktivitas tersebut diperoleh karena petani dapat menghemat penggunaan sumber daya (Air, pupuk, dan saprodi) oleh karena petani dapat menggunakan data yang diperoleh dari perangkat teknologi digital IoT untuk memenuhi kebutuhan tanaman secara akurat.

Sehingga, petani tidak lagi menggunakan intuisi semata dalam melakukan budidaya.