MAKASSAR, MATASULSEL – Makassar International Writers Festival (MIWF) bakal kembali digelar di kasawan benteng Fort Rotterdam Makassar, Sulawesi Selatan, 17-20 Mei 2017. Festival sastra yang diklaim terbesar di Indonesia timur ini hadir untuk kali ketujuh, setelah rutin digelar setiap tahun sejak 2011.

Riri Riza, founder Rumata’ Artspace selaku penyelenggara MIWF, mengungkapkan, tahun ini sejumlah penulis dan pembicara penting kembali dihadirkan untuk berbagi pengalaman dan gagasan mereka dalam berbagai topik pilihan. Semua kegiatan dirangkum dalam tema besar “Diversity” atau Keberagaman.

“Tema keberagaman sangat penting untuk mengingatkan terus, bahwa sekarang ada banyak pertentangan pikiran di masyarakat. Bahkan mulai provokatif. Di sini sastra hadir untuk mendinginkan suasana,” kata Riri pada konferensi pers di Makassar, Senin 15 Mei 2017.

Tahun ini MIWF kembali dikemas dengan sejumlah program yang dibuka secara gratis untuk umum. Antara lain workshop, diskusi, lokakarya, apresiasi karya, panggung terbuka, dan sebagainya. Diagendakan juga peluncuran buku dan diskusi dengan menghadirkan penulis.

“Dalam beberapa hari ke depan kita akan membicarakan keberagaman dalam suasana terbuka. Menjadikan Makassar sebagai tempat yang percaya akan berbagai perbedaan,” ujar Riri.

“Intinya di sini kita merayakan kekayaan dunia tulis dan baca dalam berbagai medium di Indoesia. Ini bukan acara besar dalam konteks kemewahan. Tapi semua didesain penuh keakraban,” dia menambahkan.

Direktur Rumata’ Artspace Lily Yulianti menyebutkan pada tahun ini terdapat sejumlah penulis kontemporer di MIWF. Di antaranya Benedicte Gorrillot asal Prancis, Shida Bazyar dari Iran, dan Xu Xi sastrawan Hong Kong.

Dari dalam negeri ada nama-nama kondang seperti Sapardi Djoko Damono, Budi Darma, Bondan Winarno, dan lainnya.

“Ini semacam tempat menyenangkan bagi sastrawan nasional maupun internasional untuk berkumpul. Juga jadi kesempatan bagi kami bertegur sapa dan terus berbagi pengetahuan,” kata Lily.

Pada tahun ini MIWF memperkenalkan program baru bernama Ke Taman. Dengan konsep pop up park, dihadirkan ruang piknik yang bisa digunakan masyarakat berkumpul sepanjang penyelenggaraan festival. Tersedia perpustakaan terbuka, pojok kuliner, hingga taman sinema.

“Berbagai program baru membuat festival tahun ini lebih panjang dibandingkan yang lalu,” kata Lily.

Sumber : metronews.com