Mantranya Sederhana “Mauku Tong itu Lihatki”
MAKASSAR – Hari ini, Jumat, 20 Desember 2024, menjadi momen yang penuh emosi bagi masyarakat Kabupaten Jeneponto. Penjabat Bupati Junaedi Bakri, yang masa tugasnya tidak lebih dari 365 hari, akan segera digantikan. Meski waktu yang singkat, jejak yang ditinggalkannya terasa mendalam di hati rakyat dari berbagai kalangan.
Sejak awal menjabat, Junaedi Bakri dikenal sebagai sosok yang ramah dan apa adanya.
Kalimat yang sering ia ucapkan, “Mauku Tong itu lihatki Jeneponto,” menjadi mantra yang menyatukan harapan masyarakat untuk melihat kemajuan daerah mereka.
Gagasan-gagasannya yang membumi dan sederhana selalu menghadirkan inovasi yang mudah diwujudkan, seperti pelayanan publik yang prima dan inovatif.
Salah satu prestasi yang paling diingat adalah “Mauku Tong itu Lihatki” transformasi di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil), mereka berhasil menciptakan layanan yang cepat dan tanpa pungutan liar. Masyarakat kini merasakan kemudahan dalam mengakses layanan administrasi kependudukan.
Rasa percaya diri warga meningkat, berkat upaya Junaedi dan tim disdukcapil untuk membuat layanan tersebut mudah, murah, dan ramah.
Keberhasilan penting lainnya adalah penyelesaian Pasar Rakyat Beroanging oleh Dinas Koperasi dan UMKM. Pasar ini tidak hanya memberikan tempat bagi para pedagang untuk berjualan, tetapi juga menjadi pusat perekonomian yang menggairahkan. Dengan pasar yang teratur dan fasilitas yang memadai, para pelaku UMKM memiliki ruang untuk berkembang dan menarik lebih banyak pengunjung. Ini menjadi simbol dari kebangkitan ekonomi lokal yang diharapkan dapat terus berlanjut.
Junaedi juga sangat peduli terhadap kehidupan keagamaan di Jeneponto. Melanjutkan program 1000 Hafidz, ia berkomitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan agama dan mencetak generasi yang paham akan nilai-nilai spiritual.
Program ini tidak hanya mengajarkan hafalan Al-Qur’an, tetapi juga membangun karakter dan moral generasi muda, yang menjadi aset berharga bagi masyarakat.
Di bidang perencanaan pembangunan, Junaedi menerapkan pendekatan yang partisipatif. Ia aktif melibatkan masyarakat dalam setiap tahapan perencanaan, memastikan bahwa suara rakyat didengar dan kebutuhan mereka terpenuhi.
Ini menciptakan rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap pembangunan daerah, menjadikan masyarakat sebagai mitra dalam mencapai kemajuan.
Junaedi juga mengedepankan pentingnya ruang bagi pemuda untuk berekspresi. Dengan berbagai program dan event, ia menyediakan platform bagi anak muda untuk menunjukkan bakat dan kreativitas mereka.
Panggung Kreativitas yang diselenggarakan di hari jadi Jeneponto menjadi salah satu contoh, di mana ribuan masyarakat berkumpul untuk menikmati pertunjukan yang menampilkan talenta lokal.
Salah satu hal yang paling mengesankan dari Junaedi adalah sikap peka terhadap persoalan masyarakat. Ia dikenal sebagai pemimpin yang tidak hanya mendengarkan, tetapi juga siap menerima kritik dan saran.
Melalui beberapa grup media sosial, ia menempatkan dirinya sebagai penerima aduan, pendengar, dan bahkan bersedia menerima cacian dari warga terkait pelayanan pemerintahannya.
Sikap ini menunjukkan komitmennya untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.
Tak hanya di bidang seni, Junaedi juga merintis Festival Kuliner yang mengangkat kekayaan pangan lokal. Di Lapangan Tolo, masyarakat berbondong-bondong mencicipi masakan khas, “gantala Jarang” yang menjadi favorit. Acara ini tidak hanya memperkenalkan kuliner Jeneponto, tetapi juga memberikan kesempatan bagi pelaku UMKM untuk berpromosi dan berkembang.
Melalui berbagai gagasan, Junaedi mengedepankan kemandirian di sektor pertanian.
Ia mengusung konsep Jeneponto Mandiri untuk bibit padi, rumput laut, dan konsumsi pisang. Semua ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan menghadirkan produk lokal sebagai oleh-oleh bagi para pengunjung.
Di bidang lingkungan, Junaedi berupaya menularkan menyelesaikan masalah sampah dengan pengelolaan yang lebih bernilai ekonomi.
Ia juga menekankan pentingnya pelayanan kesehatan yang cepat dan ramah, serta penanganan keluhan masyarakat yang responsif.
Semua ini menciptakan rasa nyaman dan aman bagi warga.
Kini, dengan kepindahan Junaedi Bakri, masyarakat Jeneponto merasa kehilangan. Dari pejabat hingga ibu rumah tangga, petani, guru, pemuda, hingga pelaku UMKM, semuanya merasakan dampak positif dari kepemimpinannya. Kenangan indah ini akan selalu terpatri di hati mereka, menjadi bagian dari sejarah Kabupaten Jeneponto.
Junaedi Bakri bukan hanya seorang penjabat, tetapi sosok yang telah membangkitkan harapan dan semangat dalam setiap lapisan masyarakat.
Saat ia melangkah pergi, harapan untuk melihat Jeneponto yang lebih baik tetap menyala, berkat langkah kecil yang ditinggalkannya.
Masyarakat akan terus berusaha mewujudkan mimpi-mimpi yang pernah diungkapkannya, sambil menunggu sosok baru yang akan meneruskan perjalanan ini. (Oji Pajeka).